Jakarta, NU.Online
Penderita Human Immune Virus (HIV) di wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng) terus bertambah, bahkan sampai awal Mei 2003 dilaporkan sudah mencapai delapan kasus. "Kasus terakhir ditemukan di Kabupaten Donggala baru-baru ini, dengan penderita seorang lelaki asal DKI Jakarta yang empat bulan lalu tiba di Sulteng," kata dr Nasir Borman, DERM, kadis kesehatan setempat seperti diberitakan ANTARA di Palu, Ahad. Dengan demikian, dilihat dari prosentase perkembangannya, kasus HIV di provinsi ini meningkat lebih 150 persen dibanding
keadaan delapan bulan lalu yang hanya tiga kasus.
Kasus HIV ditemukan pertama kali di Sulteng ketika pada Agustus 2002 Dinas Kesehatan setempat memeriksa sampel dari
lebih 300 kantong darah milik pekerja seks komersial (PSK) yang beroperasi secara liar di daerah itu. Dari hasil pengujian klinis di laboratorium, ternyata terdapat tiga sampel dari 300 kantong darah tersebut positif tertular HIV, sehingga instansi tersebut kemudian mengirimkan ke Depkes di Jakarta guna dilakukan pemeriksaan "Western Blote".
Hasil pemeriksaan lanjutan itu ialah tingginya mobilitas penduduk dari provinsi endemik HIV/AIDs serta kondisi kehidupan sebagian masyarakat setempat yang rentan dengan penularan virus mematikan dan belum ada obatnya ini.
Penyakit HIV masuk ke di Indonesia sekitar tahun 1987, kini penyebarannya dan penularan itu meningkat diberbagai daerah. setidaknya sekitar 80.000 sampai 120.000 dari 210 juta warga Indonesia, positif mengidap HIV/AIDS, Ini bukan sekedar isapan jempol belaka, tapi merupakan fakta . Sebagaimana diketahui dampak dari kemajuan iptek telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru dengan slogan doctrine of permissiveness yang kemudian melahirkan permissive society, hal tersebut tercermin pada pola dan gaya hidup semisal; (PSBR) pergaulan seks bebas remaja, perdagangan seks, pengesahan perkawinan sesama jenis, pameran seks, pornografi, legalisasi aborsi tak bertanggung jawab, Narkoba dan seterusnya. Realitas penyimpangan itu ada dan menunjukan grafik yang terus meningkat di Indonesia.
Dibeberapa daerah yang rawan HIV memang indikasi itu menonjol, seks pra nikah, banyaknya pengguna narkoba (Jarum Suntik), maraknya praktek prostitusi. Hal ini merupakan media percepatan penularan HIV. Menanggapi itu , dokter Borman mengatakan semua kasus HIV yang ditemukan di wilayah Sulteng (Palu dan Donggala) adalah dari kelompok berisiko tinggi. Mereka yang masuk kelompok ini, ialah para PSK, pengguna narkoba, pekerja panti pijat, sopir angkutan umum, tukang ojek, tahanan, dan nara pidana.
"Tapi hingga kini belum ada kasus ditemukan pada kelompok ibu rumah tangga atau ibu hamil, kecuali mereka yang masuk dalam
kelompok berisiko," ungkapnya
Ia meminta semua komponen masyarakat setempat proaktif mencegah penularan virus yang membunuh sistem kekebalan tubuh manusia tersebut, dengan cara antara lain berusaha menjauhkan diri dari pergaulan seks di luar nikah serta menghidari narkoba. Dinas Kesehatan Sulteng saat ini terus melanjutkan program mengambilan darah bagi kelompok yang berisiko tinggi tertular HIV, dengan sasaran mereka yang tengah dan pernah hidup di "dunia hitam", seperti PSK, pecandu narkoba, tahanan, dan narapidana.
Sampel darah sebagian di antara mereka sudah berhasil diperoleh, dan kini dalam proses penelitian para analis di laboratorium rumah sakit dan Depkes. Kegiatan mengambil sampel darah tersebut berkerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Palu dan beberapa kabupaten lainnya.
Sebelumnya, beberapa ahli kesehatan setempat memprakirakan jumlah kasus HIV di Provinsi Sulteng jauh lebih besar dibanding
delapan kasus yang telah ditemukan baru-baru ini. "Bila mengacu pada teori ’Gunung Es’ yaitu ada 100 kasus di balik satu kasus yang terdeteksi, maka di Sulteng saat ini sudah ada sekitar 800 kasus," kata seorang dokter yang mengaku masuk dalam tim penanggulangan HIV/Aids. "Apalagi gaya hidup sebagian warga di provinsi ini tidak lagi mentabukan perilaku seks bebas dan gonti-ganti pasangan," tuturnya menambahkan.(Antara/Cih)