Warta

Intelijen Nasional Harus Kompak

Rabu, 1 Oktober 2003 | 11:40 WIB

Jakarta, NU.Online
Petugas intelejen nasional harus bersikap kompak dalam menghadapi berbagai ancaman baik dari dalam maupun luar negeri termasuk isu seputar aksi terorisme, demikian ungkap Djuanda, seorang pengamat Intelijen.

"Data intelejen yang disampaikan seorang pejabat intelejen nasional kepada masyarakat internasional, dapat memberikan dampak positif dan negatif," kata Djuanda di Jakarta, Rabu.

<>

Harian The Sunday Times edisi Minggu (28/9) menyebutkan, Jama’ah Islamiah (JI) akan melakukan serangan terorisme baru, Desember 2003,dan telah terjadi regenerasi kepemimpinan.

Informasi yang berasal dari pernyataan pejabat intelejen Indonesia itu mengungkapkan, sasaran serangan itu adalah hotel-hotel di Jakarta, Surabaya, dan Medan, serta tempat permukiman yang dihuni komunitas asing.  Djuanda mengemukakan, dampak positif pernyataan intelejen itu adalah makin mendorong masyarakat dan intelejen nasional khususnya untuk meningkatkan kewaspadaannya.

"Selain itu, hal tersebut juga bisa mendorong intelejen kita untuk makin kompak, jangan malah jalan sendiri-sendiri. Tetapi tanpa ada hal itu pun, seharusnya intelejen kita bersikap kompak agar keamanan dan kedaulatan negara kita makin terjaga," ujarnya.

Djuanda menilai, isu akan ada aksi terorisme pada Desember 2003 dapat saja merupakan upaya untuk memecahbelah intelejen nasional, apalagi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) dengan target menciptakan instabilitas nasional. "Karena itu, dengan data itu maka seharusnya intelejen kita bersikap kompak dan bersatu," katanya menegaskan.

Sementara itu pengamat intelejen Wawan Purwanto mengemukakan, informasi yang disampaikan itu masih diragukan kebenarannya. "Kalau dalam istilah intelejen informasi itu belum ’A1’ masih ’C3’ atau masih diragukan karena sumber juga tidak jelas," ujarnya.

Tetapi yang jelas, kata Wawan, informasi itu merupakan salah satu upaya dari pihak tertentu untuk mengacaukan stabilitas keamanan nasional, terutama menjelang Pemilu mendatang. "Jadi informasi itu wajib untuk diwaspadai, meski kebenaranya belum dapat dipastikan," ucapnya. (Cih)


 


Terkait