Bandung, NU.Online
Konflik yang terjadi ditubuh Partai Kebangkitan Bangsa, tidak akan berpengaruh terhadap signifikasi perolehan suara pada pemilu mendatang. Demikian diungkapkan J kristiadi, wakil direktur eksekutif CSIS pada seminar yang bertajuk, intelektual dan krisis demokrasi di indonesia, di Bandung, kamis (19/7).
“PKB selagi ada gus dur didalamnya, apalagi sebagai nahkoda, maka konstituen akan tatap mengikuti mantan presiden tersebut, meskipun nama partainya diganti menjadi partai kebangkitan Nasional (PKN). Menurutnya, siapapun tokoh PKB, baik matori atau Alwi Shihab
jika tidak ada gusdur pasti akan lemah, karena masih ketergantungan pada tokoh,” kata Kristiadi.
Kristiadi yang dekat dengan kalangan NU dan PKB, menyayangkan perpecahan ditubuh PKB, karena masalah yang ditimbulkan bukan masalah prinsip, yang sebenarnya harus bisa diselesaikan.
Berdasarkan analisis dari Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES) terhadap penyebab munculnya konflik internal partai politik, lebih dari separuh (51%) masyarakat meyakini bahwa perpecahan tersebut dikarenakan adanya campur tangan pihak dari luar partai. Sementara hanya 33% yang mengungkapkan penyebabnya murni berasal dari dalam partai.
Kasus internal PKB terhadap perpecahan internal partai menurut laporan itu menyebutkan 33 % murni berasal dari internal partai, 63 % adanya campur tangandari luar dan 4 % tidak tahu atau tidak menjawab.
Data ini menunjukkan bahwa, masyarakat dalam memahami realitas konflik internal partai yang terjadi, tidak lagi terpaku pada sesuatu yang tampak dipermukaan saja. Artinya, mereka mencoba secara cermat membaca sesuatu di balik realitas yang muncul di permukaan.
Pengalaman kehidupan masa lalu tampaknya menjadi rujukan bahwa partai yang kuat -- dan dianggap membahayakan kelompok dominan atau status quo – kerap kali diintervensi dengan praktik politik “belah bambu”, sebagaimana pernah dilakukan pada Rezim Soeharto terhadap tubuh PDI, sehingga terpecah menjadi 2 (dua) versi, yakni PDI Budi Hardjono dan PDIP Megawati.
"Rekonsiliasi sebenarnya sudah terbuka, dengan dicalonkannya Gusdur oleh pihak Matori untuk menjadi presiden dengan asumsi makin tidak mungkin menyaingi Gusdur, terutama untuk menarik suara nahdhiyin” papar Kristiadi.(Kd-Bd/Zsa/Cih)