Warta

Devi : “Kenapa Takut Pada Perubahan”

Selasa, 24 Juni 2003 | 06:24 WIB

Surabaya, NU.Online
Ketua umum IPPNU terpilih Devi Soraya Zein mengatakan sekarang merupakan masa transisi dari organisasi kepemudaan menjadi organisasi kepelajaran sehingga perlu keberanian untuk melakukan dobrakan-dobrakan baru untuk memberdayakan pelajar, demikian diungkapkan dalam wawancara khusus dengan NU Online.

“Kenapa mesti takut dengan perubahan, ini merupakan amanat PBNU untuk menjadikan IPPNU sebagai organisasi pengembangan kader,” ungkapnya. Untuk itu ia mengatakan bahwa program-program IPPNU ke depan masih dalam proses penggagasan dan penggodokan secara matang sehingga benar-benar sesuai dengan segmen pelajar dan santri. “Kami menginginkan IPPNU menjadi satu wadah pelajar NU yang diselimuti dengan nilai-nilai keagamaan,” tambahnya.

<>

Setelah kembali sebagai organisasi kepelajaran program IPPNU akan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan para pelajar dan mahasiswa, santri, dan remaja.

Devi yang lahir pada tanggal 30 januari 1974 juga menginginkan agar program ke depan IPPNU lebih menarik sehingga dapat diterima dikalangan sekolah umum dan sejajar dengan OSIS. “Selama ini IPPNU hanya dapat tumbuh subur dikalangan sekolah yang berbasis NU seperti Ma’arif, bahkan saat ini pun belum ada koordinasi yang jelas antara dua lembaga tersebut sehingga keduanya masih jalan sendiri-sendiri”. Jadi rekrutmen dan pengkaderan anggota baru juga merupakan salah satu agenda kepengurusan IPPNU ke depan.

Devi mengatakan bahwa perubahan IPPNU kembali ke organisasi kepelajaran butuh dukungan dari pemerintah karena hal ini berdampak positif bagi generasi muda. “Selama ini kita mengalami banyak masalah dengan kenakalan remaja, narkoba, sex bebas dll, sehingga dengan memberi ruang pelajar untuk masuk dalam satu organisasi yang dapat menyalurkan hobi dan bakat mereka maka masalah kenakalan remaja dapat diminimalisir. Untuk itu kami sangat mengharapkan dukungan pemerintah bagi keselamatan bangsa di depan,” tegasnya.

Keikutsertaan Devi di IPPNU pertama kali dimulai di MTs NU unit pesantren Cirebon. Seiring dengan bertambahnya pengalaman perannya meningkat di IPPNU anak cabang Cirebon dan kemudian masuk di departeman pengkaderan seni IPPNU wilayah Jawa Barat, dan pada akhirnya masuk dalam lembaga kajian gender dan kebangsaan PP IPPNU.

Pendidikan S1 dimulai di fakultas hukum Universitas Darul Ulum Jombang yang hanya bertahan selama satu tahun dan kemudian dilanjutkan di di Universitas Swabaya Gunung Jati Cirebon. Dan saat ini ia masih berkarir di sebuah kantor konsultan hakum di Jakarta.

Dara yang saat ini masih lajang akan berusaha keras menjalankan seluruh rekomendasi kongres. Salah satunya adalah untuk melakukan jaringan kemitraan dengan sekolah non muslim dalam penyediaan guru-guru agama sebagai akibat diperlakukannya UU Sisdiknas yang baru,  “Karena selama ini kita memiliki banyak sekali kader yang memiliki kemampuan pengajaran agama yang baik,” ungkapnya.

Sebagai seorang yang selalu bergelut di dunia professional, ia juga akan mengarahkan kegiatan IPPNU pada hal-hal yang bersifat kongret. Devi berkata “Kebutuhan IPPNU saat ini bukan lagi pada tataran wacana, tetapi harus pada gerakan yang kongret, karena jika tidak, organisasi akan ditinggalkan massanya.”, ungkapnya

Devi juga menyadari bahwa perubahan kembali menjadi organisasi kepelajaran merupakan sesuatu yang sulit karena saat ini sudah dalam keadaan mapan sebagai organisasi kepelajaran -seperti sebelumnya perubahan dari organisasi ke pelajaran ke organisasi kepemudaan juga melalui proses yang sulit.

Namun demikian karena kebutuhan NU untuk memberdayakan kader NU lewat IPNU-IPPNU, maka permintaan tersebut tidak dapat ditolak lagi. “Kami mengharapkan dukungan sepenuhnya dari semua pihak agar proses ini dapat berjalan lancar dan berhasil,” ungkapnya mengakhiri wawancara dengan NU Online.(mkf)


Terkait