Warta

Cak Nun: Bermusik untuk Dekatkan Diri pada Tuhan

Jumat, 18 September 2009 | 08:12 WIB

Semarang, NU Online
Alat musik pukul rebana akan menjadi harmonisasi bunyi yang luar biasa jika ditabuh dengan irama dan nada yang berbeda. Begitu pula jika dikolaborasikan dengan alat musik yang lain, alunan lagu dan suaranya pun menjadi renyah dan enak didengarkan oleh telinga.

Begitulah yang dilakukan oleh ketiga grup rebana, Risma JT (Semarang), Remasade (Demak) dan Karisma (Semarang) saat membuka pagelaran “Rebana Concert with Kiai Kanjeng”, di halaman DPRD Jawa Tengah.<>

Grup rebana Remasade Demak dalam konser yang digelar Rabu (16/9) lalu tetap mengedepankan sisi tradisional hanya dengan menambahkan ketipung dan tanjidur. Sementara, rebana Risma JT dan Karisma selain dilengkapi dengan kedua alat tersebut ditambah organ dan biola. Malam itu tembang shalawat dan kasidah membahana dengan nada-nada yang berbeda.

Apa pun alat musiknya entah rebana, gitar, organ, drum dan lain sebagainya merupakan sah-sah saja untuk dimainkan, kata Emha Ainun Najib (Cak Nun). Menurutnya, asal bunyi-bunyian yang keluar dari alat musik tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada sang Khaliq tidak menjadi masalah.

“Jangan ada bunyi-bunyian alat musik yang tidak untuk mendekatkan diri kepada Allah,” kata Cak Nun seperti dikutip kontributor NU Online, Syaiful Mustaqim.

Hal senada juga disampaikan KH Budi Harjono. Bunyi-bunyian alat musik yang keluar dari rebana, seruling, Gitar dan lain sebagainya, baginya adalah untuk menggapai dunia estetika tak bertepi. Begitu pula menurut Tafsir, bermusik merupakan sebuah sarana spiritual untuk membangun jiwa seseorang.

Tafsir, aktivis ormas Muhammadiyah tersebut mengaku terkadang manusia merasa khusuk mendengarkan musik daripada ketika menunaikan ibadah shalat. Tetapi, bagi Tafsir yang terpenting bermusik untuk kemaslahatan umat dan tidak keliru menempatkannya.

Malam itu, selain penampilan tiga grup rebana, dialog, Emha Ainun Najib dan Kiai Kanjeng juga mendendangkan beberapa lagu dihadapan ribuan jama’ah maiyah atau kelompok pengikut Emha dan Kiai Kanjeng. (qim)


Terkait