Jakarta, NU Online
Pemerintahan perlu mengubah paradigma pembangunan Indonesia dari terlalu berorientasi ke darat menjadi berbasis negara kepulauan. Karena, orientasi pembangunan yang berdasarkan negara kepulauan akan menjadi peluang komparatif dan kompetitif bagi negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ke depan.
Hal itu dikatakan ketua PBNU, Ahmad Bagdja dalam pidato sambutannya pada peluncuran Graha Mahbub Djunaidi di Jakarta, Kamis (12/5) malam. Menurut dia, pembangunan yang terlalu berorientasi ke darat membuat Indonesia sulit maju secara ekonomi maupun politik karena membuat orang lebih melihat ke dalam ketimbang belajar dari kemajuan negara lain.
<>Pandangannya ini disampaikan, merujuk apa yang digagas Mahbub Djunaidi semasa hidupnya tentang orientasi pembangunan yang tepat untuk Indonesia. Dikatakan, Bagdja, "Mahbub memiliki visi yang jauh bagaimana menata Indonesia ke depan, apa yang dikatakannya bisa kita rasakan sekarang. Kenapa kita belum beranjak maju hingga sekarang, salah satu sebabnya karena salahnya orientasi pembangunan yang di terapkan," ujar mantan anggota DPA ini.
Diakuinya, selama ini kekayaan laut tidak tergarap, bahkan dijarah oleh negara lain. Pertahanan dan kedaulatan negara di laut juga sangat lemah, seperti kasus blok Ambalat. Siapa pun bebas lalu lalang di perairan Indonesia tanpa mampu mengambil manfaat yang sepadan. Padahal, banyak sekali aktivitas di laut yang bisa menghasilkan nilai tambah ekonomi tinggi buat negara. "Tiap hari ratusan kapal asing memasuki perairan Indonesia melalui Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Bawean, dan lainnya tanpa ada manfaatnya bagi negara. Ada kapal dagang, ada kapal perang dan ada kapal ikan. Padahal, seharusnya kapal-kapal itu dikenakan biaya jika melewati perairan kita," tutur ketua Foksika PMII dua periode ini.
Karena itu, lanjut pengurus PBNU sejak jaman Gus Dur ini, yang mendesak dilakukan terkait dengan pengelolaan potensi laut Indonesia adalah melakukan reorientasi paradigma pembangunan yang selama ini dititikberatkan pada pembangunan wilayah kontinental dan cenderung mengabaikan peran besar potensi laut Indonesia. "Kita tidak sadar bahwa sebenarnya laut adalah masa depan Indonesia. Reorientasi terhadap paradigma ini diharapkan bisa dijadikan sebagai titik awal kebangkitan usaha dan industri yang berbasis kelautan di Indonesia," ujarnya.
Dihadapan kader-kader PMII, Bagdja mengharapkan pandangan-pandangan jauh ke depan seperti yang di gagas Mahbub inilah yang harus ditiru dan dijadikan orientasi dalam berjuang. "Ini harus dijadikan contoh baik untuk meniru kehebatan para pendahulu kita. Dan kalau saja para kader PMII sekarang berolah pikir seperti Mahbub, kiranya kita bisa berharap lebih banyak pada kader PMII mendatang untuk menjadi pemimpin, menyelamatkan dan memajukan bangsanya," papar Bagdja dalam acara yang juga dihadiri para alumni PMII yang sudah menjadi tokoh, seperti Hasyim Muzadi, Slamet Efendy Yusuf, Endin Aj Soefihara, Muhaimin Iskandar dan lainnya. (cih)