Budayawan dan sejarawan Agus Sunyoto berharap komunitas yang berbasis pada pesantren perlu dijaga eksistensinya agar tidak tergerus oleh kejamnya zaman. Hal ini lantaran “pesantren sejak lama telah menjaga identitas bangsa Indonesia,” katanya.
Ia berharap agar kontinuitas berkarya dan sosialisasi oleh berbagai komunitas ini ke pesantren-pesantren di pelosok negeri ini terus dikembangkan dalam rangka menjaga eksistensi lembaga pendidikan dan kebudayaan tertua di nusantara ini.<>
Hal itu disampaikannya dalam orasi budaya di sela pementasan
Ki dalang wayang suket asal Tegal, Slamet Gundono, Ahad (12/7) malam lalu. Acara itu digelar dalam rangka malam penutupan Liburan Sastra di Pesantren (LSDP) oleh komunitas Matapena Yogyakarta, di pesantren Kaliopak Piyungan, Bantul, Yogyakarta selama tiga hari, Jum’at hingga Ahad.
Agus Sunyoto berpesan, Matapena merupakan salah satu komunitas berbasis pesantren yang peduli dengan pesantren. Berbagai aktivitas di bidang sastra dan kesenian perlu terus digalakkan untuk menjaga eksistensi pesantren.
Mohammad Mahrus, ketua panitia saat ditemui kontributor NU Online Syaiful Mustaqim menyatakan LSDP merupakan agenda Matapena pada musim liburan. Dengan pelaksanaan selama tiga, peserta akan mendapatkan materi yang berkaitan dengan karya sastra utamanya cerpen maupun novel. “Berlibur-Bersastra-Berkarya, itulah jargon LSDP,” kata Mahrus.
Menurut dia, berlibur adalah upaya mengisi waktu luang pada saat liburan. Sementara bersastra dan berkarya merupakan dua kata kunci yakni menuangkan karya dalam bentuk sastra, baik puisi, cerpen maupun novel.
Selain LSDP, lanjut Mahrus, berbagai agenda Matapena yakni road show ke pesantren ataupun madrasah berbasis pesantren, workshop penulisan sastra I (cerpen), monitoring, workshop penulisan sastra II (novel) dan lain sebagainya.
Ki dalang Slamet Gundono malam itu mementaskan kelihaiannya dengan lakon berjudul “Aja Misuh” (jangan marah-red). Beberapa kesenian lain juga ditampilkan antara lain Pentas Drama peserta LSDP, dan pembacaan puisi Fina Af’idatussofa-Ahmad Fikri AF-Meutia Sukma-Kedung Darma Romansa-Evi Idawati. (nam)