Opini

Selamat Jalan Prof. Dr. Sujudi di Usia 77 Tahun

Senin, 25 Juni 2007 | 10:58 WIB

Oleh : HM. Rozy Munir

Sabtu 23 Juni 2007 siang, sewaktu penulis periksa gigi di tempat praktek dokter Gigi Sarworini, jalan Gandaria Kebayoran Baru mendadak terima SMS tentang wafatnya Prof. DR Sujudi mantan Rektor UI dan mantan Menteri Kesehatan RI. Pasalnya Prof. DR. Sujudi mau membuka simposium Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang di RS Pertamina Jakarta. Prof . Sujudi jatuh sebelum acara di mulai dan menghembuskan nafas terakhir di RS tersebut. Penulis dan istri langsung ke RS. Pertamina, sewaktu melihat wajah almarhum yang damai, mendadak penulis terkenang pada perjalan silam dalam interaktif relasi dengan Prof. Sujudi.

Prof. Sujudi seorang tokoh intelektual dan pendidik yang besar jasanya dalam memimpin Universitas Indonesia sebagai Center of Excellent juga sebagai Reseach University, sebagai perguruan tinggi papan atas di Indonesia.

<>

Sewaktu penulis menjabat menteri BUMN dan Investasi, Prof. Sujudi mendatangi penulis untuk memberikan saran masukan bagi pengembangan BUMN Farmasi. Saat itu Dirut BUMN Farmasi antara lain DR. H. Bina Suhendra (PT. Phapros), Drs. Dorojatun (PT. Kimia Farma), Drs. Thamrin Pulungan (PT. Biofarma). Beliau juga menginginkan agar Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia membeli obat-obatan dari Indonesia untuk keperluan haji karena selain sesama negara penduduk muslim, juga quota jama’ah haji Indonesia jumlahnya cukup besar sekitar 200 ribu jiwa per tahun.

Dibawah Prof. Sujudi, penulis diangkat jadi Kepala Pusat Penelitian Pranata Pembangunan UI tahun 1986, sebagai kepala pertama dari  pusat penelitian tersebut. Selama sebelas tahun (lebih dari 3 Periode) menjabat sebagai kepala Puslit Pranata telah bergabung beberapa peneliti senior seperti Arbi Sanit, Prof. Sardjono Jatiman (alm), Dr Sukiat (alm) Psycholog andal, DR. Burhan Magenda, Prof. Subur Budi Santos, Drs.Aslam Sumhudi,MA , Mahrus Irsyam, MA (alm), DR. Suparman Ibrahim yang saat ini Pembantu Rektor I Universitas Assyafiiyah dan Ketua Yayasan Universitas NU Solo. Sedangkan dideretan peneliti muda waktu itu adalah Gumilar (sekarang Prof. DR, Dekan Fisip UI), Reny Chandriachsya (sedang pendidikan Ph.D di Australia, Daly Erni, SH, MH, (dosen FHUI), Ariza Agustina (saat ini menjadi politisi di PKB)

Sewaktu muktamar NU di Pondok Pesantren Krapyak tahun 1990 penulis di  angkat menjadi salah satu ketua PBNU pimpinan Gus Dur, yang beritanya dipublikasikan secara luas di media. Segera penulis menghadap Prof. Sujudi yang sedang praktek dokter di Pegangsaan Timur. Maklum waktu itu untuk ikut politik bagi pejabat di kampus UI termasuk sensitif.

Dengan kalem sang Profesor ini menjawab teruskan sebagai kepala Pusat penelitian di UI dan tetap ngajar di Fakultas Ekonomi UI, toh NU bukan partai dan saya dukung saudara. Prof. Sujudi senang humor joke-jokenya selalu keluar segar dari mulut beliau. Joke yang sering disampaikan adalah menceritakan kembali jokenya Gus Dur, tentang imam sholatnya seorang NU yang ucapan usholli-nya berulang-ulang demikian juga takbir awalnya, surat yang di baca pun panjang-panjang. Karena tak sabar di interupsi dan diganti oleh seorang imam dari Muhammadiyah. Sang imam sambil takbir dan setelah baca al-fatihah dia tengok ke belakang ke mantan imam NU sambil berkata, cepat kan ya!!

Dalam usia senja kang Sujudi tetap aktif, baik di Rumah Sakit maupun dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan tutur istri Prof. Sujudi dengan ramah dan murah senyum kepada para pelayat di RS. Pertamina. Ibu Sujudi berkata kepada penulis “Menurut Islam, mengharuskan dimakamkan segera sore ini juga tidak boleh ditunda sampai besok pagi tapi, kasihan keluarga dan sahabat yang lain jadi tidak melihat jenazah”.

Penulis menimpali memang harus disegerakan mengubur jenazah tapi tidak harus sore ini juga, soal begini di NU biasa dilakukan, terutama mengingat kearifan dalam mengurus jenazah.

Prof. Sujudi di makamkan  hari minggu pagi di taman makam pahlawan Kalibata dengan upacara militer. Selamat jalan Prof. Sujudi semoga diterima amal kebaikannya oleh Allah SWT dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan iman. Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun


Terkait