Rembang, NU Online
Prihatin dengan maraknya kekerasan atas nama agama, pasangan suami istri (pasutri), Hakam Mabruri (34) dan Rofingatul Islamiah (34) bertekad keliling dunia dengan bersepeda. Keduanya akan menyampaikan pesan damai ke tiap tempat yang dilewatinya. Mereka bercita-cita ingin menghapus stigma agama Islam yang dianggap penuh dengan kekerasan, radikal, dan teroris
Pasutri berasal dari Desa Gading, Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang, Jawa Timur, tersebut pada Sabtu (24/12) sore hingga Ahad (25/12) pagi, singgah di Rembang, Jawa Tengah untuk bertemu Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus).
"Saya berangkat dari Malang pada Sabtu 17 Desember 2016. Ini istri saya, (Rofingatul) Islamiah. Setiap hari kami menempuh perjalanan dengan bersepeda selama 70 kilometer. Perjalanan ini, insyaallah akan sampai Kairo (Mesir)," ujar Hakam sambil menunjuk istrinya.
Menurut dia, perjalanan dimulai dari Malang dengan rute makam Wali Songo. Ia dan istrinya berziarah ke makam Sunan Ampel (Surabaya), Sunan Gresik, Sunan Giri (Gresik), Sunan Bonang (Tuban), Sunan Drajat (Lamongan), Sunan Muria, Sunan Kudus, (Kudus) Sunan Kalijaga (Demak), dan Sunan Gunung Jati (Cirebon).
Di makam Wali Songo, menurut Hakam, keduanya menyerap spirit agama Islam dengan penuh kesantunan sehingga tidak ada kekerasan perpecahan antarumat beragama.
"Dari Cirebon, kami akan ke Jakarta dan menyeberang ke pulau Sumatera serta meninggalkan Indonesia melalui Aceh. Rencana kami akan juga masuk Myanmar, guna menyerukan perdamaian agar tidak ada lagi kekerasan termasuk yang dialami etnis muslim Rohingya,” terangnya.
Menurut rencana, keduannya juga akan melakukan perjalanan ke Makkah dan Madinah, untuk menunaikan ibadah umroh, sebelum melanjutkan perjalanan ke Israel melalui Yordania.
Selama perjalanan di Indonesia, pria yang aktif di salah satu banom NU, Gerakan Pemuda Ansor, Malang ini akan bersilaturahim dengan tokoh-tokoh NU. "Kami juga sowan ke kiai atau tokoh-tokoh NU. Kami tahu NU itu moderat dan toleran. Seperti sekarang, kami sowan ke Gus Mus, KH Ahmad Mustofa Bisri," katanya.
Perjalanan misi keduannya diperkirakan akan menempuh waktu setahun. Namun meski masih panjang perjalanan mereka berdua, tapi tak menunjukkan wajah letih. Malah tersenyum mengembang. Keduanya juga kompak ketika meladeni pertanyaan seputar latar belakang perjalanannya.
Ditanya soal pendanaan, menurutnya, perjalanan bersepeda bersama sang istri berasal dari sumbangan dan penjualan cindera mata "Holy Journey Cycling Trip". Hakam dan Rofingatul yakin akan banyak dukungan dan bantuan di sepanjang perjalanan.
Untuk perjalanan tersebut, keduanya menyiapkan diri selama beberapa bulan, termasuk fisik, mental, dokumen, dan logistik selama perjalanan. Ia sudah terampil dalam hal itu karena pada 2012, sebelum menikah, pernah keliling negara-negara ASEAN dengan bersepeda juga.
"2012 saya pernah keliling ASEAN guna kampanye penyelamatan penyu. Saya mengajak warga untuk tidak mengonsumsi telur penyu. Penyu itu memakan racun di laut. Kalau penyunya hilang, racun di laut siapa yang makan. Nelayan jadi terancam racun. Kan kasihan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Gerakan Pemuda Ansor Cabang Rembang Hanies Cholil juga membantu misi perdamaian dunia lintas agama, termasuk perjalanan yang dilakukan Hakam bersama istrinya selama singgah di daerah Rembang.
"Di Rembang, sahabat-sahabat Ansor menyambut Sahabat Hakam. Kami senang mereka akhirnya mau bermalam di sini. Tadi malam pun sempat ketemu dengan pihak Paroki di Rembang untuk menyampaikan pesan perdamaian antarumat beragama," katanya.
Hanies berharap pesan perdamaian pasangan suami istri itu tepat sasaran dan sesuai dengan misi yang diembannya. Ia pun turut mendoakan agar keduanya sehat dan selamat sepanjang perjalanan. (Ahmad Asmui/Abdullah Alawi)