Nasional

Setiap Orang Butuh Tasawuf untuk Keseimbangan Hidup

Senin, 2 Juli 2018 | 09:45 WIB

Setiap Orang Butuh Tasawuf untuk Keseimbangan Hidup

Ulil Absar Abdalla di NU Demak Jateng

Demak, NU Online
Era globalisasi membuat banyak orang kekurangan keseimbangan dalam hidup. Kecenderungan mengejar materi duniawi dinilai lebih dominan dibandingkan mencari ketenangan hidup ukhrawi. Untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan ketenangan batin ini, siapapun dan sehebat apapun orang itu tetap membutuhkan asupan batin berupa ilmu tasawuf atau ilmu hikmah. 

Demikian mengemuka dalam Lailatul Ijtima’ dan halal bi halal PCNU Demak dan ngaji bareng Kitab Ihya Ulumudin karya monumental Filusuf kenamaan, Imam Al Ghazali bersama cendekiawan muda NU, Gus Ulil Abshor Abdalla di Pendopo Kabupaten, Sabtu (30/6) malam. 

Menurut Gus Ulil-sapaan akrab menantu KH Mustofa Bisri ini, orang konservatif maupun liberal sekalipun, jika tidak belajar dan mengamalkan ilmu tasawuf, maka tidak akan bisa merasakan hikmah dalam hidup yang jalaninya. 

“Orang yang hanya belajar ilmu saja, ilmu apapun itu, dan tidak dibarengi dengan ilmu tasawuf (kebijaksanaan atau hikmah), maka orang tersebut rawan tergelincir menyelewengkan ilmu yang dimilikinya (fasiq), ujar Ulil. 

Dengan demikian, lanjutnya, apa yang dipelajari justru bisa menjadi bencana. Begitu pula,  orang yang belajar ilmu tasawuf saja dan tidak dibarengi dengan ilmu syari’at, juga bisa rawan berprilaku menyeleweng (zindiq).

Menurutnya, penyakit jiwa tidak hanya monopoli orang yang tidak baik dalam prilakunya. Namun, penyakit jiwa juga bisa menghinggapi mereka yang memiliki ilmu tinggi, termasuk selevel profesor doktor. 

“Nah, kepintaran setan untuk menggoda manusia itu mengikuti level atau derajat manusia tersebut. Di sinilah dibutuhkan ilmu tasawuf. Ilmu ini untuk mengatur kondisi atau hakekat jiwa (An-nafs), dan hati (Al-qalbu) dengan dorongan perilaku atau akhlak (khuluq) yang baik. 

Jiwa (nafs), kata Ulil, merupakan organ tubuh paling halus dalam diri manusia. Sedangkan, hati (qalbu) merupakan alat komunikasi antara manusia dengan Tuhan-Nya. 

Ulil menambahkan, mengobati jiwa yang sakit jauh lebih penting dari sekedar mengobati badan yang sakit. “Kalau kita sakit badan, cukup dengan berobat ke dokter. Tapi, kalau penyakit jiwa jauh lebih sulit mengobatinya,” ujar dia. 

Menurutnya, orang Indonesia sebetulnya telah memiliki sifat yang ramah, suka senyum dan menghargai orang lain dengan akhlak yang baik. “Itu merupakan pengaruh ilmu tasawuf,” katanya. 

Ketua PCNU Demak, KH Aminudin mengatakan, halal bi halal dinilai sangat penting untuk merajut tali silaturahmi antar masyarakat. “Halal bi halal ini merupakan istilah yang dikenalkan KH Wahab Chasbullah, salah satu tokoh dan pendiri NU,” katanya. 

Hadir dalam acara ini, Bupati HM Natsir, Katib PCNU KH Zaenal Arifin Ma'shum, Ketua MUI, KH Muhamad Asyiq, dan para kiai lainnya. (A Shiddiq Sugiarto/Muiz)


Terkait