Nasional

Pengamat: Pendanaan Teroris Indonesia Makin Mandiri

Ahad, 7 Desember 2014 | 13:11 WIB

Depok, NU Online
Pengamat teroris dari Universitas Indonesia (UI) Solahudin mengungkapkan, pendanaan teroris di Indonesia dewasa ini semakin mandiri atau independen. Sebelumnya dana mereka berasal dari luar negeri, namun saat ini mendapatkannya dari dalam negeri
<>
Ia menyebutkan, dana dari dalam negeri mereka dapatkan dengan cara perampokan, donatur dari orang kaya dan lainnya. Ia mencontohkan, pada operasi latihan teroris di Aceh pada 2010, seorang dokter menyerahkan bantuan sebesar Rp 400 juta pada Abu Bakar Baasir.

"Soal dana, teroris Indonesia sudah independen. Bahkan, mereka melakukan cyber fai (perampokan via internet). Seperti pembobol situs investasi Malaysia sampai Rp 7 miliar,” katanya.

Namun untung, meski niat awalnya untuk membiayai aksi teroris, keyakinan si pembobol goyah dan hanya disumbangkan Rp 200 juta.

”Jadi, di antara teroris sendiri juga ada yang korupsi," ujarnya di hadapan ratusan para alim ulama pada acara Silaturahmi Nasional tentang “Penguatan Aswaja dan Penanggulangan Terorisme dalam Ketahanan Nasional” di Pesantren Al-Hikam, Beji, Depok, Jawa Barat Ahad (7/12).    

Solahudin menuturkan meski mampu dalam penggalangan dana, aksi terorisme menurun secara kuantitas, meningkat secara kualitas. Di tahun 2013 ada 21 serangan teror dan sementara 2014 sampai bulan November turun menjadi 5 kasus.

"Sekarang ini teroris “jihad” di Indonesia bukan prioritas, namun mereka melihat di Syiria lebih utama," terang Kepala Center For Terrorim and Social Conflict Studies UI ini.

Dia menambahkan, pada malam tahun baru 2013 saat penangkapan teroris jaringan Septi di ciputat. Setelah diteliti, tujuan mereka adalah untuk membiayai jihad ke Syiria.

Bahkan, lanjutnya, sampai saat ini 100 orang lebih warga Indonesia ke Syiria untuk bergabung ke ISIS dan Jabal Nusro. "Kalau dulu musuhnya Amerika atau far enemy yang mentarget kepentingan Barat, namun 3-4 tahun belakangan disebut sebagai near enemy, yaitu pemerintah, polisi.”

Menurutnya, mereka lebih banyak bergabung dengan ISIS dibandingkan dengan kelompok Jabal Nusro. Pasalnya, paling komitmen dalam Syariat Islam dan adanya mesianisme.

"Tapi, perlu diingat bahwa episentrum Isis di Indonesia ada di penjara. Sebab, saat ini ada dua orang di penjara yaitu Abu Bakar Baasir dan kelompok Tauhid wal Jihad Aman Abdurrahma di LP Nusa Kambangan," paparnya.
 
Di ujung pemaparannya, ia juga mengingatkan agar mewaspadai lembaga pendidikan dikuasai para Islamis. Ia mencontohkan, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Rohis. (Aan Humaidi/Abdullah Alawi)


Foto: dua mantan teroris memberikan penjelasan di acara Silaturahmi Nasional tentang penguatan Aswaja dan Penanggulangan Terorisme dalam Ketahanan Nasional.


Terkait