Nasional

Lakpesdam Gerakkan NU di Bekas Sarang DI/TII

Rabu, 27 April 2016 | 05:00 WIB

Garut, NU Online
Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat, termasuk wilayah yang banyak dihuni oleh para pengikut dan simpatisan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).  Mereka meyakini Indonesia akan menjadi negara Islam. “Itu dulu. Kini tidak lagi,” kata Aan Syihabuddin, Rais Syuriah MWC Singajaya Garut.

Orientasi mereka bisa berubah, katanya, karena tokoh-tokoh NU berhasil merangkul masyarakat untuk kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi Islam ala Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah. Mereka diajari amaliyah NU dan diberikan pemahaman pentingnya menjadi warga negara Indonesia yang baik dengan tetap dapat mengamalkan ajaran Islam

“Dengan begitu perlahan mereka sadar dan ikut dengan kami,” terang Aab yang juga pengasuh Pondok Pesantren Manarul Huda Pancasura, Singajaya.

Meski warganya mengamalkan amaliyah NU, secara jam’iyah, NU “belum hadir” di sini. Struktur Majelis Wakil Cabang NU (MWCNU) di Singajaya baru terbentuk tahun ini, setelah lama vakum puluhan tahun.

Karena itulah, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU bersama dengan MWCNU Singajaya berinisiatif untuk mengadakan Pelatihan Penggerak Ranting NU untuk menggerakkan pengurus ranting di Kecamatan Singajaya. Pelatihan ini telah berlangsung pada 22-25 April di Pondok Pesantren Manarul Huda, Pancasura, Singajaya.

Selaian pelatihan, kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini dirangkai dengan berbagai acara, di antaranya nonton bareng film Sang Kiai, Majelis Taklim Fatayat-Muslimat, dan Tabligh Akbar. Acara berjalan sukses berkat swadaya masyarakat.

“Yang punya kambing, sumbang kambing. Yang punya ayam berikan ayam. Yang punya buah-buahan, pada menyumbangkan. Semuanya dari warga sini. Mereka semua berpartisipasi,” jelas Ajengan Aab. 

Menurut Sekretaris Lakpesdam PBNU Marzuki Wahid, pergerakan NU di Singajaya ini perlu diperkuat karena kelompok lain juga melakukan penetrasi di daerah yang berbasis di pedalaman pegunungan Garut ini. Mantan pengikut DI/TII yang masih loyal, sebagian kecil dari mereka, ada yang kembali berdakwah untuk mencari pengikut. Masyarakat sekitar menyebut mereka dengan istilah Islam baiat. Sebab, siapapun yang ikut kelompok ini harus dibaiat terlebih dahulu.

“Dengan pelatihan penggerak ranting ini, saya berharap pengurus dan aktivis ranting di kecamatan Singajaya dapat mengoptimalkan perannya dalam pemberdayaan masyarakat dan menggerakkan jamiyah NU di desa-desa demi terciptanya kemaslahatan warga,” terang Marzuki. (Imran/Mahbib)







Terkait