Budayawan dan peneliti senior Muhammad Sobary (Kang Sobary) menyatakan prihatin atas adanya birokratisasi di bidang ilmu pengetahuan dan kesenian yang umum terjadi di Indonesia. Ia menilai hal tersebut menandakan Indonesia berada pada masa penjajahan atas demokrasi.
“Indonesia yang sudah merdeka kembali ke penjajahan demokrasi,” kata Kang Sobary dalam Rapat Kerja Pertama Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta, Selasa (18/4) petang.
Ia mengimbau peneliti agar terlalu kaku memegang dalil ilmu pengetahuan atau hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan orang lain, karena dalil keilmuan bisa saja salah.
“Makin kuat memegang dalil kemungkinan kesalahan semakin besar. Semakin percaya pada penelitian, kekeliruan semakin besar,” katanya di hadapan para dosen dan peneliti UNUSIA.
Menurutnya, buku-buku dan dalil yang ada tidak menjamin dekatnya kebenaran yang ingin ditemukan lewat penelitian. Ia mengutarakan pentingnya partisipasi observasi, dalam penelitian. Namun, partisipasi obeservasi tidak sekadar menyentuh kulit permukaan, melainkan mengharuskan adanya kedalaman dan kedekatan antara peneliti dan obyek yang diteliti.
Banyak kecenderungan peneliti mengajukan daftar pertanyaan yang panjang, sehingga jawaban juga didapatkan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang cenderung tidak dialektis. Dalam kasus ini, peneliti wajib menanyakan kembali atas jawaban itu.
“Misalnya ‘apakah Anda bisa jelaskan maksud jawaban tadi? Jadi kita tanya logikanya apa. Kalau peneliti di lapangan bisa mengajukan sampai 30 pertanyaan, ini memang agak sinting dalam kenyataan,” seloroh Sobary.
Dalam penelitian yang mengandalkan partisipasi observasi, ia menegaskan aktifitas informan sedang apa atau ada urusan apa saat wawancara, sangat mendukung hasil penelitian.
“Kalau sedang bersama komunitas yang lain, lalu peneliti jadi bagian dari kesibukan mereka itu akan mendekatkan corak kebenaran mengenai yang kita teliti. Jadi diperlukan dekatnya hubungan peneliti dengan informan. Ini jembatan paling ideal untuk mengantar ke pertanyaan yang ingin digali,” urai Sobary.
Wakil Direktur LPPM UNUSIA Ivan Aulia Ahsan mengatakan, rapat kerja pertama LPPM UNUSIA merupakan langkah awal LPPM UNUSIA dalam merumuskan riset yang akan dilakukan ke depan.
“LPPM UNUSIA sebagai lembaga yang fokus pada riset dan pengabdian masyarakat mengundang para ahli dan tokoh-tokoh yang berpengalaman. Nantinya penelitian dan pengabdian masyarakat juga di bidang eksak, tidak hanya ilmu sosial karena LPPM ini berada di bawah universitas yang melingkupi semua jurusan,” kata Ivan.
Ia menambahkan, riset LPPM UNUSIA akan banyak pada fenomena masyarakat urban dari berbagai aspek seperti sosiologi, hukum, psikologi, karena LPPM UNUSIA berada di tengah-tengah masyarakat urban Kota Jakarta. (Kendi Setiawan/Alhafiz K)