Nasional

Empat Pesan Menko Polhukam kepada Santri Al-Anwar Rembang

Rabu, 3 Februari 2016 | 00:02 WIB

Empat Pesan Menko Polhukam kepada Santri Al-Anwar Rembang

Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan di Al-Anwar

Rembang, NU Online
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan bersilaturahim ke kediaman Mustasyar PBNU KH Maimoen Zubair. Selain bertemu dengannya, Menko Polhukam bersilaturahim dengan para santri. Ia menyampaikan empat pesan penting kepada santri Al-Anwar Desa Karangmangu, Kecamatan Sarang, Rembang, Selasa (2/2).

Para santri, kata Luhut, harus belajar giat dan meneladani KH Maimoen (Mbah Moen) yang disebutnya sebagai pilar persatuan dan kesatuan bangsa. Sosok Mbah Moen yang pintar, cerdas dan berhati baik menurutnya merupakan kombinasi yang dibutuhkan para generasi muda untuk membangun bangsa Indonesia.

Yang kedua, Luhut meminta kepada para santri untuk ikut berperan dalam pembangunan desa yang sudah mendapat kucuran dana dari pemerintah cukup besar untuk melaksanakan pembangunan dari bawah.

"Santri bisa mengambil peran untuk membantu desa menyusun programnya. Bupati bisa mengajak santri-santri ini untuk ikut membina desa. Sehingga dana satu triliun lebih ini tidak disalahgunakan, tidak digunakan untuk kawin lagi oleh kepala desa tetapi untuk program-program yang produktif," tambahnya.

Para santri diharapkan bisa menjadi individu yang produktif, terlebih jika sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Jangan sampai tuan rumah justru menjadi budak di rumah sendiri, mengingat kompetisi SDM pada saat MEA semakin ketat.

Purnawirawan TNI itu juga menceritakan bahwa dirinya yang berasal dari keluarga sederhana, bapaknya seorang sopir bus dan ibunya tidak tamat SD. Namun ternyata juga bisa membawanya ke posisi yang sekarang ditempati. Latar belakang seseorang tidak menentukan kesuksesan, namun yang terpenting adalah terus belajar, bekerja keras dan penuh kedisiplinan.

Ketiga, yang diwanti-wanti kepada para santri adalah ancaman paham radikalisme agama. Peristiwa di Timur Tengah jangan sampai terjadi di Indonesia. Bangsa ini harus mewujudkan Islam yang nusantara (rahmatan lil 'alamin) seperti yang dicita-citakan Mbah Moen, penuh toleransi dan kedamaian.

"Seperti di Irak, Suriah, Yaman dan Afganistan setiap hari perang dan bom bunuh diri yang mengakibatkan orang tidak bisa sekolah, orang jadi bodoh dan berpisah dari keluarga. Kita tidak mau itu, kita mau hidup penuh ketentraman, harmoni, penuh perjuangan dan kompetisi tapi tidak perlu ada kekerasan seperti disana," tuturnya di depan santri pondok pesantren Al-Anwar Sarang.

Keempat para santri, sebagai generasi penerus, harus waspada akan bahaya Narkoba. Barang haram tersebut sudah masuk kemana-mana. Para Santri harus berhati-hati dengan oknum-oknum yang bisa saja menjerumuskan mereka ke jerat narkoba.

"Sekali mencoba dan ketagihan kamu tidak akan bisa  berhenti. Yang mati setiap hari karena narkoba antara 30 sampai 50 orang. Di penjara sekarang 65 persen diisi narapidana narkoba, 75 persen perdagangan narkoba diatur dari dalam penjara dan hampir lebih dari 155 narapidana dijatuhi hukuman mati dan tinggal menunggu waktu untuk dieksekusi," tutupnya. (Aan Ainun Najib/Abdullah Alawi)


Terkait