Nasional

Dubes AS Berharap Warga Amerika Belajar ke Gus Dur

Jumat, 12 Desember 2014 | 03:01 WIB

Jombang, NU Online
Ajaran KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur  Presiden ke-4 Republik Indonesia tentang pluralisme, demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) menjadi spirit bagi Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake, Jr, berziarah langsung ke makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Kamis (11/12).
<>
Ditemani Konsul Jenderal (Konjen) Amerika Serikat di Surabaya Joaquen F. Monserrate, Blake  menemui KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), adik kandung Gus dur, di kediamannya, kompleks Pondok Pesantren Tebuireng. Bersama Gus Sholah, rombongan dubes Blake menuju ke makam Gus Dur untuk tabur bunga sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan warisannya.

Selain ke makam Gus Dur, Hadratus Syaikh hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahid Hasyim. Gus Sholah juga memperkenalkan unit-unit pendidikan yang di kelola yayasannya keada dubes Blake. Bahkan dubes Blake dipersilahkan berdialog langsung dengan para santri yang pada waktu itu sedang belajar di salah satu ruang kelas.

Dalam konferensi pers bersama wartawan, Blake menyampaikan bahwa kedatangannya ke Pondok Tebuireng, selain berziarah, juga dalam rangka memperingati warisan Gus Dur tentang pluralisme, demokrasi dan HAM. “Peran Gus Dur sangat besar dalam tradisi demokrasi, dalam mengajarkan pluralisme , toleransi dan kemajemukan,” kata Blake.

Ia juga berharap masyarakat Amerika bisa belajar banyak tentang ajaran Gus Dur dengan datang langsung ke Pondok Pesantren Tebuireng. ”Kami berharap akan banyak orang Amerika yang datang ke sini untuk belajar tentang ajaran Gus Dur ini,” tambahnya.

Sedangkan Gus Sholah mengatakan bahwa ajaran Gus Dur dimulai dari ajaran peninggalan Wali Songo. “Wali Songo menyebarkan Islam di Jawa khususnya, dengan menggunakan media tradisional, yaitu wayang. Wali Songo melakukan dialog dengan budaya lokal. Itu Islam yang juga ada di pesantren, itulah Islam yang mempengaruhi Gus Dur. Gus Dur mempunyai modal yang kuat, yaitu keluarganya, kedua orang tuanya, pesantren, dan NU,” ungkap Gus Sholah. (Romza/Mahbib)


Terkait