Jakarta, NU Online
Indonesia dalam hasil penelitian Central Connecticut State University yang bertajuk World's Most Literate Nations pada 2016 silam menduduki posisi satu tingkat di atas Bostwana yang berada di bagian buncit.
Posisi 60 dari 61 negara ini dalam pandangan Ahmad Tohari akibat dari peniduran tradisi mendongeng. "Kesalahan kita menidurkan tradisi dongeng. Padahal dongeng itu tidak mesti masa lampau, bisa saja modern," kata penulis novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk itu saat mengisi Gelar Wicara I pada Kongres Bahasa Indonesia XI di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Ahad (28/10).
Imajinasi menjadi modal utama dalam menumbuhkan budaya literasi. Hal ini lahir dari penceritaan. Menurut Tohari, jika ruang imajinasi tak dibangun lebih dulu dalam pikiran anak, teks hanyalah benda mati.
"Bercerita adalah langkah pertama membuka pintu literasi," tegas sastrawan kelahiran Banyumas, Jawa Tengah itu.
Tohari mengatakan bahwa tidak bisa menunggu anak dengan sendirinya langsung suka membaca. "Pulang dari sini dongeng ya Bu," pintanya kepada peserta yang hadir.
Pandangannya ini tentu saja bukan tanpa dasar. Ia berangkat dari pengalamannya pribadi yang mulanya gemar menyimak kakeknya berkisah. Cerita itu memberinya imajinasi sehingga ia pun suka bercerita, lalu mengembangkan imajinasi, dan ia pun menjadi pengarang.
Tidak cukup dengan pengalaman dirinya, ia pun mendapatkan pengalaman serupa yang dikisahkan langsung dari pelakunya kepadanya. Seorang siswa kelas dua SMP datang bersama ibunya ke rumahnya.
Ia membawa novel hasil buah pengembangan imajinasinya setebal 600 halaman. Pria yang baru genap berusia 70 tahun pada 13 Juni lalu itu pun bertanya kepada orang tuanya tentang sebab anaknya mampu menulis cerita sepanjang itu. Jawabannya seperti yang telah diuraikannya, dongeng. Ibu itu selalu mendongeng untuk anaknya, bahkan hingga anak itu duduk di bangku kelas 5 SD.
Hal serupa terjadi pada bocah berusia 9 tahun. Ia, cerita Tohari, mampu menuliskan puisi yang 'berbunyi'.
KBI XI ini akan berlangsung selama empat hari sampai Rabu (31/10) mendatang. Tak kurang dari 1000 peserta dari berbagai latar belakang profesi dan lembaga dari seluruh Indonesia dan beberapa negara mengikuti kegiatan empat tahunan ini. (Syakir NF/Abdullah Alawi)