Nasional

Bagi Seorang Sufi, Hidup Perlu Harta

Sabtu, 14 April 2018 | 22:00 WIB

Bagi Seorang Sufi, Hidup Perlu Harta

Mukti Ali

Tangerang Selatan, NU Online
Dalam konteks saat ini, banyak yang memandang bahwa sufisme adalah jalan bagi orang-orang pensiunan yang ingin mengasingkan diri dengan jalan sufi. Mereka seolah-olah menjauhi kehidupan duniawi dan hanya fokus pada pekerjaan spiritualnya. Lalu apakah sufi tidak pro terhadap kemakmuran dan kemaslahatan umat seperti dalam hal perekonomian?

Dalam diskusi rutin yang diselenggarakan oleh Islam Nusantara Center (INC), Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (14/4) Mukti Ali memaparkan bahwa sufi tidak seperti yang dituduhkan, mereka juga melakukan kegiatan perekonomian seperti berdagang dan melakukan usaha untuk meningkatkan perekonomiannya. 

Merujuk pada bukunya yang berjudul Islam Mazhab Cinta: Cara Sufi Memandang Duniapada bagian Sufisme dan Ekonomi, intelektual muda NU kelahiran Cirebon itu mengatakan bahwa sufisme itu hakikatnya adalah bagaimana mengolah hati.

“Kalau diibaratkan Imam Al Ghazali, diri kita ini adalah sebagaimana sebuah kota, di situ ada rajanya dan panglimanya, rajanya adalah hati dan panglimanya adalah akal, kalau bagi filosof hal itu justru dibalik, rajanya adalah akal dan panglimanya adalah hati,” tuturnya.

Dalam Islam, lanjutnya, banyak praktik ibadah dalam bentuk maaliyah seperti zakat, wakaf, hibah, bahkan ibadah haji pun termasuk dalam kategori ghairu mahdhoh, artinya melibatkan harta atau biaya.
 
“Maka disyaratkan manistatho’a ilaihi sabiila, barang siapa yang mampu dalam arti kesehatan mental dan fisiknya juga mampu dalam hal biayanya,” jelasnya.

Untuk itu diperlukan harta untuk melaksanakan ibadah-ibadah yang bersifat maaliyah. Dalam konteks ini tentu seorang sufi akan berusaha meningkatkan perekonomiannya. Namun ada hal yang berbeda dalam usaha tersebut, di mana seorang sufi tidaklah meletakkan harta yang ia dapatkan pada hatinya, sehingga menguasai hati dan akalnya.

“Adanya harta tidak menjadikan seseorang berlaku zhalim, atau merebutkan harta dengan kezhaliman,” katanya. (Nuri Farikhatin/Muiz


Terkait