Jakarta, NU Online
Kekerasan atas nama agama sudah menjangkiti sebagian umat Islam. Dari mulai kekerasan dalam bentuk menyalahkan amalan ibadah sebuah kelompok hingga meneror, bahkan membunuh orang, kelompok atau penganut agama yang berbeda.
Menurut KH Ahmad Muwafiq, hal itu bisa disebabkan karena jarang menyebut sifat Allah yang ada pada lafadz basmalah: Ar-Rahman (pengasih) dan Ar-Rahim (Penyayang), bahkan terdapat sebagian orang yang sampai menghilangkan bismillah dalam membaca surat Al-Fatihah.
Menurutnya, orang-orang yang kehilangan basmalah, biasanya mempunyai watak yang keras, termasuk dalam melihat segala sesuatunya dengan keras.
"Nah, inilah yang menghasilkan semangat-semangat orang di akhir zaman ini adalah semangat-semangat orang yang keras," jelasnya kepada NU Online di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (21/2).
Kekerasan yang sudah melekat pada diri seseorang, membuat nilai-nilai kelembutannya menjadi tertutup. Mengingat segala sesuatu dipandang dengan keras, maka dalam memahami istilah jihad pun hanya dengan kekerasan.
Kiai yang tinggal di Sleman, Yogyakarta ini pun menyayangkan kepada orang-orang yang selalu memakai jihad untuk melakukan sebuah tindak kekerasan yang menurutnya tidak sesuai dengan keadaan.
"Ya monggo kalau mau dipaksakan (kekerasan), tapi kan contohnya ada. Tadi bapak presiden (saat membuka Rakernas I PB MDHW) mencontoh Afganistan, Suriah (yang hancur akibat kekerasan). Ini kan contoh-contoh dari gerakan-gerakan jihad yang lebih mengandalkan sifat-sifat yang keras," katanya mencontohkan.
Untuk mencegah salah pemahaman terhadap penerapan istilah jihad, ia pun berpesan kepada generasi muda untuk juga melakukan jihad, tapi dengan jihad yang membuat citra Islam menjadi lebih baik dan menjauhi kekerasan.
"Entah itu di media atau kegiatan-kegiatan yang bersifat kekinian (yang baik)," ujarnya. (Husni Sahal/Fathoni)