5 Fadilah Puasa Sunnah Muharram, Khusus Asyura Jadi Pelebur Dosa
Selasa, 1 Juli 2025 | 10:00 WIB

Puasa Muharram memberikan fadilah tersendiri bagi yang dapat melakukannya, khususnya puasa Asyura di tanggal 10 Muharram. (Foto: NU Online)
Jakarta, NU Online
Memasuki tahun baru hijriah, umat Islam disunnahkan menjalankan ibadah puasa Muharram. Puasa ini dianjurkan langsung Rasulullah saw dalam haditsnya. Puasa ini disunnahkan pada bulan Muharram, khususnya di tanggal 10 dan dua hari yang mengiringinya, yakni 9 dan 11.
Ustadz Ahmad Muntaha mencatat setidaknya ada lima fadilah dari menjalankan ibadah puasa sunnah Muharram. Hal ini sebagaimana termaktub dalam artikelnya di NU Online berjudul Panduan Puasa Muharram: Tata Cara, Hukum, dan Keutamaannya pada Senin (1/7/2025).
Baca Juga
Delapan Hal yang Membatalkan Puasa
Pertama, puasa sehari di bulan Muharram pahalanya setara dengan puasa 30 hari. Hal ini sebagaimana diriwayatkan Imam Thabrani dari Ibnu Abbas ra dalam kitab al-Mu'jam ash-Shaghir, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa’.”
Kedua, puasa Muharram merupakan puasa paling utama setelah puasa Ramadhan. Hal ini sebagaimana disebutkan Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan Imam Muslim, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.”
Ketiga, puasa Muharram ini juga memiliki keutamaan karena bulan pertama ini termasuk ke dalam empat bulan-bulan mulia atau al-asyhurul hurum, bersama tiga bulan lainnya, yaitu Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah. Rasulullah saw menganjurkan umat Islam untuk berpuasa di empat bulan mulia itu sebagaimana disampaikan dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dan Imam Ibnu Majah. "Puasalah bulan Sabar (Ramadhan) dan tiga hari setelahnya, dan puasalah pada bulan-bulan mulia.”
Baca Juga
Hadits-hadits tentang Puasa Muharram
Keempat, puasa di hari Asyura pada tanggal 10 Muharram menjadi keistimewaan tersendiri karena diganjar dengan leburnya dosa setahun yang telah lewat. Hal ini sebagaimana termaktub dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah, “Sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’.”
Kelima, puasa di hari Tasu’a pada 9 Muharram dan puasa 11 Muharram menjadi pelengkap puasa Asyura pada 10 Muharram sekaligus menjadi pembeda umat Islam dengan umat Yahudi yang sama-sama berpuasa di hari Asyura. Hal ini sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibnu Abbas, “Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya.”
Lebih lanjut, Ustadz Muntaha juga menjelaskan bahwa Rasulullah saw di akhir hayat memang suka membedakan ritual umat Islam dengan umat Yahudi. Dalam konteks ini, lanjutnya, al-Hafidh Ibnu Hajar mengatakan tingkatan puasa Asyura itu ada tiga, yakni (1) puasa hari Asyura saja; (2) puasa Asyura disertai puasa Tasu’a; dan (3) puasa Asyura disertai puasa Tasu’a dan puasa 11 Muharram. Hal ini sebagaimaan diterangkan Imam Ahmad bin Ali bin Hajar Al-‘Asqalani dalam kitab Fathul Bâri Syarhu Shahîhil Bukhâri.
Baca Juga