Tangerang Selatan, NU Online
Dosen UIN Jakarta Akhmad Sodiq mengatakan, setidaknya ada empat faktor penentu kesuksesan pendidikan karakter di pesantren. Pertama, suri teladan yang baik (uswatun hasanah). Bagi Sodiq, karakter atau akhlak itu tidak cukup hanya sekedar diajarkan, tapi harus ditularkan.
“Di pesantren ada kiai-kiai yang selalu menampilkan uswatun hasanah (suri teladan yang baik), kata kata Sodiq saat diskusi di Sekretariat Islam Nusantara Center, Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (22/9).
Menurut dia, pendidikan karakter tidak akan berhasil manakala tidak dibarengi dengan suri teladan yang baik. Mengapa? Karena suri teladan yang baik merupakan kunci utama dalam pengembangan pendidikan karakter.
Kedua, lingkungan yang islami (bi’ah islamiyah). Pesantren merupakan sebuah lingkungan yang islami. Dimana nilai-nilai luhur Islam seperti kesopanan, ketawadhuan, kemandirian, saling menghargai dan menghormati, dan lainnya, ditampilkan dan dipraktikkan.
Ketiga, bercengkerama dengan kiai dan teman sehari semalam (shuhbah). Berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya, proses belajar mengajar di pesantren berlangsung selama 24 jam atau sehari semalam. Selain dengan teman-temannya, seorang santri ‘bergaul’ dengan kiai atau gurunya 24 jam non-setop.
“Keempat, ibadah, dzikir, wirid, dan doa. Terutama doa guru (untuk muridnya) yang tidak ditemukan di lembaga pendidikan lainnya,” papar Ketua Ma’had Aly UIN Jakarta ini. (Muchlishon)