Daerah

Tantangan Masyarakat terhadap Perkembangan Zaman

Kamis, 31 Maret 2016 | 21:02 WIB

Jombang, NU Online
Perkembangan zaman menuntut pola dan gaya hidup manusia berubah. Bahkan dalam persoalan keyakinan (beragama) tak jarang menjadi pemicu konflik mendasar antarkelompok yang berbeda ideologi.

Wakil Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Ahmad Samsul Rijal mengungkapkan, bahwa saat ini masyarakat secara umum berada pada situasi tersebut, dan menanggung segala resiko yang terjadi. 

Pada situasi demikian, tak sedikit masyarakat yang tidak bisa memahami dan membaca dinamika yang berkembang di lingkungannya masing-masing. Misalnya pada aspek keyaknianan dalam beragama, mereka akan mudah mendapat serangan berbagai ajaran dan ideologi. 
"Dampak dari berbagai perubahan orientasi dan sikap hidupnya, menjadikan agama lebih dipahami sebagai sistem pengetahuan, lebih banyak diketahui dan dipelajari, implementasinya tidak banyak dipersoalkan. Agama lambat laun tidak lagi disadari sebagai sistem keyakinan yang menuntun, menuntut dan pedoman untuk dijalankan dan ditingkatkan kualitas pelaksanaanya," katanya, Selasa (29/3).

Dalam perkembangan selanjutnya, kata Rijal, perpindahan masyarakat dari desa ke kota. Masyarakat kota diidentifikasi sebagai masyarakat yang cenderung individualistik, hedonis dan mengedepankan kerja dan materi sebagai daya sekaligus gaya hidup.

"Berbagai perubahan orientasi hidup, bersikap dan ketaatan terhadap nilai begitu lentur menyesuaikan terhadap tuntutan dan kebutuhan. Tujuan dan permasalahan yang mereka hadapi cenderung lebih kompleks, sehingga tidak bisa lagi didekati dengan cara sederhana," imbuhnya.

Pada sektor permodalan atau perekonomian, ia menjelaskan sekurangnya modernitas diwakili oleh lembaga keuangan modern dan media. Fakta kemiskinan menjadikan mereka sulit untuk bisa mendapat akses permodalan bank.

Bank-bank dengan bunga tinggi justru menjadi sasaran mereka. Bagai jatuh, tertimpa tanggap pula. Kondisi mereka pun dijadikan bulan-bulanan oleh media yang menawarkan banyak jalur untuk mengingkari leluhur, kearifan dan keluhuran budaya. Ikatan sejarah serta warisan budaya dengan mudah akan mereka putus karena pengaruh oleh dahsyatnya media. Dengan begitu, kita semakin berada di pojok peradaban," tandasnya. (Syamsul Arifin/Zunus)


Terkait