Tegal, NU Online
Pesantren mempunyai peranan yang cukup penting sebagai pilar pendidikan. Karena itu, para santri perlu didorong untuk menumbuhkan budaya menulis, bukan copy paste.
"Saya minta para santri bisa mewarnai media sosial dengan tulisan yang bermutu, obyektif, dan santun guna mensyiarkan Islam yang damai," ujar Asisten Administrasi Umum Sekda Kabupaten Tegal, Eko Jati Suntoro saat membuka kegiatan Gerakan Santri Menulis di Aula Pondok Pesantren Darul Mujahadah, Prupuk Utara, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa (29/5).
Eko yang mewakili Pejabat Sementara Bupati Tegal, Sinoeng Nugraha Rachmadi menilai, peranan pesantren tidak hanya syiar Islam. Tetapi juga merupakan kekuatan resistensi masuknya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma dan etika kehidupan berbangsa
“Pesantren adalah benteng dari nilai-nilai luhur kehidupan masyarakat dan filter berkembangnya paham radikalisme yang memecah belah persatuan dan kemajemukan bangsa,” terangnya.
Menurut dia, berjuang untuk kepentingan bangsa saat ini tidak lagi dengan mengangkat senjata, tapi dengan mengangkat pena.
“Karya-karya terbaik bisa memotivasi dan mempersatukan anak bangsa. Musuh bangsa sebenarnya adalah kebodohan dan kemiskinan,” tegasnya.
Perwakilan Pondok Pesantren Darul Mujahadah, Ustadz Mudlofar mengemukakan, Gerakan Santri Menulis diikuti oleh para santri putra dan putri dari semua angkatan. Baik dari MTs maupun MA.
Pihaknya juga berharap, setelah kegiatan GSM, ada tindak lanjut yang lebih intens berupa pelatihan atau bimbingan agar para santri bisa menulis yang baik.
Dalam kesempatan itu, sejumlah pihak yang mendukung GSM juga menyampaikan paparan kepada santri asuhan Kiai Asrori Muhtarom tersebut. (Nurkhasan/Muiz)