Daerah

Rais Syuriah Jatim Sesalkan Kalender Pasangan Ali Maschan-Soenarjo

Jumat, 25 Januari 2008 | 06:27 WIB

Surabaya, NU Online
Meski belum menyatakan resmi dalam pencalonan bursa Pilgub Jawa Timur, namun kalender pasangan Dr Soenarjo, MSi dan Dr KH Ali Maschan Moesa, Msi, sudah beredar di tengah masyarakat. Dalam kalender itu tampak Ali Maschan dengan logo NU berdampingan dengan Soenarjo yang menggunakan logo BNN. Keduanya menggunakan pakaian yang sama.

Kalender itu dapat dengan mudah ditemukan di beberapa sudut Kantor PWNU Jawa Timur, mulai kantin hingga wartel. Bahkan di daerah Sidoserma yang menjadi basis NU, kalender itu malah dibagikan secara gratis kepada masyarakat.<>

Beberapa pengurus NU Jawa Timur mengaku tidak tahu-menahu siapa yang mencetak kalender semacam itu. “Katanya Golkar juga tidak tahu siapa yang mencetak kalender itu,” kata Drs KH Nuruddin A Rahman, SH, salah seorang Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim.

Rais Syuriah PWNU Jawa Timur, KH Miftachul Akhyar, juga mengaku tidak tahu-menahu dengan terbitnya kalender pasangan Ali-Soenarjo itu. “Kalau kabar itu memang benar, saya menyesalkan,” kata Kiai Miftah kepada NU Online di Kantor PWNU Jatim pada Rabu (23/1) lalu.

Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Kedungtarukan Surabaya itu menjelaskan, sebagai Rais Syuriah ia sudah pernah mengingatkan kepada Ali, bahwa dirinya masih terikat dengan kontrak jam’iyah yang ditandatanganinya pada awal Nopember lalu. Dalam kontrak jam’iyah itu ditegaskan bahwa dirinya sanggup untuk tidak masuk ke dalam ranah politik, untuk serius mengabdikan diri di NU.

“Sudah saya ingatkan setelah pelantikan itu,” tutur Kiai Miftah. Namun Kiai Miftah juga memaklumi jika Ali tidak menjawab teguran itu, mengingat dirinya juga belum pernah mencalonkan diri secara terbuka.

Setelah salah seorang Ketua Lembaga membawakan contoh kalender pasangan itu kepada Kiai Miftah di ruang Rais Syuriah, putra KH Abdul Ghoni Rangkah itu langsung manggut-manggut. Tak lama kemudian ia memerintahkan kepada pengurus yang ada untuk menurunkan semua kalender semacam itu dari seluruh kantor PWNU.

“Saya tidak ingin kantor ini dicap sebagai markasnya tim sukses,” tuturnya kepada pengurus yang ada di ruangan itu. Untuk itu ia berencana mengundang keduanya secara langsung untuk menjelaskan semua persoalan itu. Termasuk motif di balik itu semua.

Soal pencalonan Ali, menurut Kiai Miftah, bergantung kepada cabang-cabang, mengingat kontrak jam’iyah waktu itu dengan cabang. Jika cabang menghendaki untuk tidak maju, ia akan menyepakati keinginan itu. Begitu pula seandainya para pengurus cabang berkumpul lagi kemudian merestui untuk maju dengan alasan kepentingan dakwah yang lebih besar dan kongkret, ia juga akan langsungn menyepakatinya. (sbh)

“Jadi sekarang ini bola ada di tangan cabang-cabang, terserah cabang saja,” tuturnya. Namun alumnus beberapa pondok pesantren itu mengaku hingga saat ini belum ada rencana dari PWNU untuk mengumpulkan para pengurus cabang. Setidaknya untuk waktu dekat ini. (sbh)


Terkait