Daerah

PMII Hendaknya Manfaatkan Jaringan Kader Lintas Negara

Senin, 5 November 2018 | 01:30 WIB

Pontianak, NU Online
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dituntut memberikan jawaban atas tantangan dunia di era digital ini.  Tersebarnya para kader di berbagai negara dengan sejumlah keahlian juga harus dioptimalkan. 

Inilah sejumlah hal yang dihasilkan dari diskusi yang dilaksanakan Pengurus Cabang PMII Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Kegiatan dilaksanakan di aula Perpustakaan Provinsi Kalimantan Barat, Ahad (4/11) dan diikuti sejumlah aktivis dari berbagai kampus.

Abdul Wasi Ibrahim menyampaikan dalam diskusi kali ini merupakan momentum sangat bermanfaat apalagi dihadiri Gus Romzi dari Pengurus Besar (PB) PMII yakni Ketua Bidang Hubungan Internasional. 

“Peran mahasiswa terkhusus kader PMII harus mampu menyiapkan diri untuk selalu menambah kompetensi atau soft skill untuk menghadapi tantangan dunia ke depan,” katanya. Terlebih di era digital ini kualitas mahasiswa sangat penting untuk menjunjung masa depan, lanjutnya.

Gus Romzi menyampaikan beberapa hal terkait tema diskusi Globalizing PMII dalam Tantangan Dunia tersebut. 

Baginya, di usia 58 tahun ini PMII sudah terlalu tua untuk terus-terusan melalui proses yang sama dan berulang-ulang. “PMII itu tidak hanya mengulang sejarah, akan tetapi memperbaiki citra dan nama baik PMII dalam sejarah. Maka globalizing ini kita anggap suatu kerja besar,” katanya.

PMII harus dikenal dari sudut pandang internasional. “Jejaringnya harus dibuat secara internasional karena banyak kader PMII yang bekerja di kedutaan luar negeri,” ungkapnya.

Melalui globalizing juga, kader PMII harus mempunyai wawasan global, harus punya pengalaman global. “Tak hanya itu mempunyai kemampuan komunikasi dalam berbagai bahasa internasional maupun bahasa daerah,” pesannya 

Dalam pandangannya, ada dua cara yang bisa dilakukan kader dalam menjawab tantangan zaman di era digital ini.

Yang pertama, bahwa sekarang mulai banyak organisasi baru bermunculan,tetapi sudah banyak yang melakukan suatu perubahan karena tidak hanya berbasis di offline akan tetapi online. “Nah, PMII harus melakukan transfarmasi ini bagaimana mempunyai jejaringan yang kuat di digital,” katanya. 

“Yang kedua, PMII juga harus konsen ke isu peminatan yang mendukung profesionalisme kader,” jelasnya. Jadi, akademis kader harus diperkuat di PMII sebagai wadah agar profesionalismenya selalu terawat sehingga sampai ke mimpi yang dituju sesuai dengan latar belakang yang dimiliki. (Rokib/Ibnu Nawawi)


Terkait