Bandung, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) ibarat sepak bola. Satu sama lain berbagi peran sesuai kemampuan dan keahlian. Ada yang berfungsi sebagai penyerang, tetapi juga ada yang lebih memilih untuk menjadi penjaga gawang.
Demikian diungkapkan Sekretaris Pengurus Wilayah Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU Jawa Barat, Ajengan Ramdan Fawzi pada Pelatihan Intensif Jurnalis Milenial NU, di Gedung PWNU Jawa Barat, Jalan Terusan Galunggung 9, Kota Bandung, Kamis (16/7).
"Maka, seperti itulah NU. Semua pengurus dan kadernya menyebar ke segala lini kehidupan masyarakat," ungkapnya.
Kemudian, di NU terdapat kultur yang tak dimiliki oleh ormas Islam lainnya. Yaitu soal nilai etika, kebersamaan, dan transformasi keilmuan. Kultur NU itu, yang identik dengan pesantren, tidak terpengaruh modernisasi.
"Kultur dan unsur tradisionalitas NU tidak hilang termakan zaman. Karenanya, santri di lingkungan NU tetap menaruh khidmah dan takzim kepada kiai," tuturnya.
Di pesantren, santri senantiasa diajarkan soal bagaimana ilmu itu mesti diamalkan. Apabila tidak tahu terhadap sesuatu, maka bertanya kepada orang yang lebih tahu. "Santri tidak pernah sok tahu, kalau gak tahu ya nanya sama kiai biar jelas," katanya.
Dikatakan, santri NU mesti memiliki peran terhadap keberlangsungan hidup umat. "Sebagai santri NU, salah satu kontribusinya adalah mengeksplorasi atau mentransfer ilmu yang didapat kepada umat," katanya.
Menurut sosok kiai muda di Jawa Barat ini, Islam menjadi rahmatan lil alamin apabila pembawaan seseorang dalam mengejawantahkan ajaran-ajaran Islam sesuai dengan figur Nabi Muhammad SAW. (Aru Elgete/Muiz)