Dalam rangka menangkal dan mengantisipasi paham radikalisme yang akhir-akhir ini marak terjadi, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Kuripan Kabupaten Probolinggo menggelar safari istighotsah secara rutin dari ranting-ranting. Seperti yang dilakukan Selasa (2/2) malam di Ranting NU Desa Resongo.
Agar bisa diikuti oleh seluruh masyarakat, istighotsah ini dipusatkan di balai desa dengan melibatkan semua tokoh agama dan tokoh masyarakat. Tidak terkecuali para pengurus lembaga dan badan otonom (banom) NU se-Kecamatan Kuripan.
Ketua Tanfidziyah MWCNU Kecamatan Kuripan Masduki Samsudin mengatakan safari istighotsah ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar bisa membentengi masyarakat sehingga mampu menangkal dari ancaman paham radikalisme yang bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).
“Istighotsah ini ternyata memiliki manfaat yang positif. Selain untuk mendapatkan pahala, dengan istighotsah maka tidak akan ada kesempatan pihak-pihak lain untuk menyebarkan pahamnya kepada warga NU,” katanya.
Menurut Samsudin paham-paham baru ini merupakan sebuah ancaman yang sangat besar bagi kebersamaan warga NU. Pasalnya paham-paham di luar NU tersebut sangat bertentangan dengan aqidah Aswaja.
“Dengan istighotsah ini, diharapkan akan semakin mempererat dan memperkokoh jalinan ikatan silaturahim diantara sesama pengurus dan warga NU. Setidaknya da sikap saling interaksi dan komunikasi sehingga menumbuhkan kebersamaan dalam membesarkan NU,” jelasnya.
Samsudin menerangkan bahwa istighotsah merupakan salah satu upaya pendekatan diri kepada masyarakat agar bisa menangkal paham radikalisme. Apalagi istighotsah merupakan salah satu warisan ulama NU yang harus terus dipertahankan dan dilestarikan sampai kapanpun.
“Paham radikalisme adalah ancaman yang luar biasa bagi warga NU. Oleh karena itu, sering-seringlah melakukan istighotsah yang merupakan simbol dan kekuatan dalam membesarkan NU,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)