Daerah

Ini Filosofi Batu Akik menurut Ketua MWCNU Cipeundeuy

Senin, 18 Mei 2015 | 10:01 WIB

Subang, NU Online
Saat ini masyarakat Indonesia di berbagai daerah sedang dilanda demam batu akik. Mengenai hal ini, KH Asep Zarkasih, Ketua MWCNU Kecamatan Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat mempunyai filosofi tersendiri.<>

"Sekarang dimana-mana lagi ramai batu akik, saya kadang tidak bisa tidur karena ada tetangga yang punya alatnya, ngiung lagi, ngiung lagi," kata Asep dalam pidatonya di acara peringatan Isra Mi'raj yang digelar di Pesantren Al-Mukhtariyyah, Subang Ahad (17/5).

Asep mengatakan, batu akik mesti ditafakuri karena batu akik adalah salah satu bagian dari makhluk Allah, sebagaimana Rasulullah memerintahkan kita untuk bertafakur atas makhluk Allah namun tidak boleh bertafakur tentang dzat Allah.

"Lihat batu ini, herang (bening), sebelum menjadi seperti ini dia hanya bongkahan batu yang kotor dan tidak membentuk, terus dipotong, direndam pakai air hujan, pakai air inpusan, macam-macam air lah, terus digosok baru dia bisa bening kaya gini," imbuhnya sambil menunjukan batu yang ada di jarinya.

Begitupun dengan manusia, kata dia, jika ingin menjadi bening maka harus terus digosok dengan istighfar dan selalu berdzikir kepada Allah.

Asep menambahkan, filosofi batu akik yang kedua adalah bahwa kita mesti menjaga hati dengan baik, jangan sampai seperti batu yang diluarnya bening tapi di dalamnya keras.

"Kita harus banyak-banyak berdzikir dan ingat kepada Allah Swt, agar hati, jiwa dan raga kita menjadi bening," ujarnya. (Aiz Luthfi/Fathoni)


Terkait