Banyumas, NU Online
Ciri-ciri orang NU salah satunya adalah sering berkumpul atau mengadakan acara kumpul-kumpul yang tidak pernah selesai-selesai.
Dari mulai di dalam kandungan, hingga orang yang sudah meninggal puluhan tahun masih saja dibikin acara yang melibatkan banyak orang untuk berkumpul.
"Itulah silaturahim, budaya yang tak terasa selalu kita jaga dalam setiap acara tahlilan, tadarusan, slametan dan lain-lain yang selalu orang NU lakukan," kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud ketika memberikan tausiyah pada malam puncak haul Ke-41 dan ultah Ke-55 Pesantren Miftahul Huda Pesawahan Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Ahad malam pekan lalu.
Silaturahim jelas banyak sekali manfaatnya, selain untuk lebih mempererat tali persaudaraan juga bermanfaat untuk meredam adanya konflik antar individu. Ulama-ulama terdahulu juga mengunakan cara silaturahmi untuk menyatukan bangsa indonesia ini.
"Akulturasi budaya adalah cara ulama mempersatukan nusantara dengan cara silaturahmi," katanya.
Model silaturahim seperti di Negara Indonesia itu tidak dimiliki oleh negara lain, sehingga jika ada yang berselisih atau berbeda pendapat sulit sekali untuk diredam.
"Para kiai dan ulama menciptakan kumpul-kumpul untuk merawat keindonesiaan," lanjut Kiai Marsudi
Bisa dibayangkan, jika di Indonesia tidak ada kumpul-kumpul, seperti tahlilan, syukuran, slametan atau tidak ada budaya silaturahim seperti itu, "ya wallahu a'lam," tambah Kiai Marsudi.
Kenapa di Negara Timur Tengah yang mayoritas islam tapi perang terus.
"Karena di sana tidak ada budaya kumpul-kumpul, tidak ada tahlilan, kenduri dan semacamnya," tegas Kiai Marsudi di hadapan ratusan santri dan alumni yang hadir saat itu. (Kifayatul Ahyar/Muiz)