Waykanan, NU Online
Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama (NU) serta kader muda NU tergabung dalam alumni Pesantren Kilat Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional (Sanlat BPUN) 2015 berbagi ratusan buku ke sejumlah intitusi. Upaya ini dilakukan untuk menumbuhkan minat baca di selatan kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur provinsi Sumatera Selatan ini.
<>
Ketua Alumni Sanlat BPUN Waykanan 2015 Disisi Saidi Fatah di Blambangan Umpu, Ahad (5/7) menjelaskan, buku yang dibagikan merupakan buku-buku migrasi aman. Dibagikan untuk Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah sejumlah 6 paket buku (satu paket berisi dua buku) dan 34 paket buku untuk perpustakaan yang ada di beberapa kampung dan kecamatan setempat.
Alumni Sanlat BPUN Waykanan 2015 bekerja sama dengan GP Ansor, Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) dan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Waykanan secara bertahap akan mendistribusikan buku dari International Organization for Migration (IOM) kepada 227 kepala kampung, 14 camat dan 89 SMA sederajat di daerah itu.
Selain menumbuhkan minat baca, pihaknya juga berupaya menyampaikan pemahaman migrasi aman kepada publik mengingat isi buku yang dibagikan itu mengulas tentang migrasi yang aman kepada para pemangku kepentingan (stakeholder), lalu untuk mengembangkan monitoring perusahaan pengerah tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS) yang baik, serta penyebaran tata cara TKI yang aman, murah, cepat, dan bermartabat.
"Saya berharap dengan berbagi buku seperti ini masyarakat luas khususnya di Waykanan semakin hobi untuk membaca, karena dengan membaca kita bisa mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan dan kita makin tahu," ujarnya pula.
Disisi meyakini, buku merupakan guru yang tidak pernah marah. "Buku juga merupakan gudangnya ilmu, jadi semakin banyak kita membaca maka semakin banyak kita tahu. Selain itu, dengan berbagi kita jadi makin dekat dengan masyarakat dan juga mendapatkan amal," kata Disisi.
Ketua Pergunu Waykanan Ali Tahan Uji menambahkan, Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut berbagai macam ilmu yang memberi manfaat dan dapat menuntun mengenai hal-hal berhubungan dengan kehidupan dunia.
"Tidak ada yang salah dari berbagi. Terlebih mengampanyekan migrasi aman sehingga masyarakat, pelajar, calon TKI dan para pemangku kebijakan bisa memahami bahwa TKI bukan komoditas," kata Ali. (Gatot Arifianto/Alhafiz K)