Daerah

Agama Kerap Digunakan Untuk Kepentingan Kelompok

Rabu, 20 Mei 2015 | 19:02 WIB

Bandung, NU Online
Dalam ruang publik media massa, saat ini Islam sedang mendapatkan perhatian utama di Indonesia. Isu-isu keagamaan terus mengalami peningkatan dan bahkan menjadi tren dalam setiap perdebatan politik. Namun sekalipun menjadi tren, perdebatan itu bukan lantas bersifat produktif.
<>
"Banyak isu-isu politik, sosial hingga urusan rumah tangga menyeruak berbalut Islam. Tetapi apa yang terjadi kebanyakan lebih mencerminkan permainan agama untuk kepentingan dangkal," tanggap Faiz Manshur, seorang pegiat gerakan Islam Kewargaan, ditemui NU Online saat acara persiapan seminar Civic-Islam di Kantor PWNU Jawa Barat, Selasa (19/5).

Dalam pandangan Faiz, orang-orang memainkan agama karena masyarakat kita memang lekat dengan identitas agama, memiliki ikatan yang kuat dengan ajarannya sebagai pedoman moral, dan bahkan menjadi pedoman berpikir. Faktor ini menjadi pendorong orang memanfaatkan agama dan itu berbeda dengan pemanfaatan ilmu agama.

"Lihat saja, banyak perdebatan politik, sosial, ekonomi, musik, busana semua menyertakan agama, tetapi agama yang dipakai bukan berpijak pada keilmuan yang baik, melainkan lebih memakai paradigma ideologi, isme, atau bahkan cenderung tanpa alasan apapun," ujarnya.

Faiz menilai agama dengan ilmu merupakan dua sisi berbeda. Tidak setiap orang beragama memakai ilmu. Hal tersebut menjadikan ruang publik keagamaan sarat dengan omongan-omongan yang dangkal, sentimental, dan bahkan tujuannya untuk menjatuhkan pihak lain.

"Kalau perdebatannya memakai kaidah keilmuan tentu akan lebih enak dilihat karena dalam urusan keilmuan selalu memakai paradigma koreksi, saling mendengar, verifikasi, menggali dalil atau teori, dan senantiasa untuk saling berkontribusi dari perbedaan atas masalah. Tetapi faktanya yang terlihat, agama menjadi alat untuk saling menyerang. Jahatnya lagi, Islam dijadikan sarana untuk mengumbar hawa nafsu ketimbang menjadi sarana produktif kemaslahatan," terangnya.

Karena alasan demikian itulah Faiz berpikir harus ada penguatan gerakan keilmuan, terutama di lingkungan muslim perkotaan, terutama para wartawan, penulis, aktivis mahasiswa agar setia bergulat kelimuan.

"Sudah terlanjur menjadi orang Islam, ya mestinya sadar dalam Islam ilmu itu yang paling utama. Banyak media berlabel Islam yang berdakwah, tapi bukan dakwahnya bukan untuk meraih maslahat, melainkan justru untuk kepentingan memfitnah." (Yus Makmun/Alhafiz K)


Terkait