Warta

Warga Arab pun Harus Antri Berhaji

NU Online  ·  Selasa, 17 November 2009 | 22:26 WIB

Jeddah, NU Online
Bukan hanya warga Indonesia yang harus menunggu lama untuk berhaji, warga Arab juga demikian. Mereka yang sudah berhaji harus menunggu paling tidak lima tahun untuk bisa berhaji lagi. Membayarnya pun mahal. Saking mahalnya, tahun ini banyak warga Arab yang mengurungkan niatnya menunaikan ibadah haji.

Belakangan ini, muslim Indonesia harus menunggu antrian sampai empat tahun untuk berhaji. Itu lantaran kuota yang disediakan oleh pemerintah Saudi terbatas. Tahun ini hanya mendapat jatah 210.000. Di daerah-daerah tertentu ada yang antriannya hanya dua sampai tiga tahun.<>

Jemaah haji Indonesia harus membayar biaya penyelenggaraan sekitar Rp 34 juta. Biaya itu antara lain untuk tiket pesawat, angkutan lokal, makan, dan pemondokan. Sedangkan yang dibayarkan kepada pemerintah Arab Saudi melalui rusum (biaya pelayanan umum) hanya SR 1.029 (sekitar Rp 2,5 juta).

Seperti dilansir Arab News Senin (16/11) kemarin, warga Arab yang ingin berhaji juga harus membayar kepada pemerintah SR 10.000 atau sekitar 25 juta. Karena besarnya biaya itu banyak warga Arab yang mengurungkan niatnya untuk berhaji.

Penurunan itu mencapai 40 persen. Dia mendesak pemerintah Arab Saudi menurunkan biaya haji itu hingga SR 1.500-3.900 untuk berbagai katagore.

Lesunya minat warga lokal berhaji memusingkan biro-biro perjalanan yang biaya menangani jemaah haji lokal. Saleh Al-Zufairi, pemilik biro perjalanan Al Zufairi mengak, tahun ini hanya mendapat 20 orang yang berhaji lewat perusahannya. Padahal, tahun lalu biro perjalanan yang berpusat di Dammam itu mendapat 200 orang. Memang bukan sekedar karena biaya tinggi. Faktor lainnya adalah flu babi yang sedang menghantui warga Arab.

Pemerintah Saudi memang sengaja membatasi warganya untuk berhaji demi memberi kesempatan kepada umat Islam negara-negara lain. Pembatasan dilakukan karena sempitnya tempat prosesi haji, baik di Masjidil Haram maupun Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina). Sekarang hanya bisa menampung 3 juta umat Muslim. (mch/nur)