Warta

Usaha Penghapusan Pekerja Anak

Jumat, 23 Mei 2003 | 10:55 WIB

Jakarta, NU Online
“Jumlah anak-anak yang menjadi pembantu rumah tangga akan cenderung meningkat”, ungkap Panji dari International Labour Organization (ILO) dalam seminar Pekerja Anak yang diadakan oleh Fatayat NU di Graha PBNU Lt 8 (22/05).

Kecenderungan saat ini adalah pekerja wanita dewasa cenderung bekerja di pabrik yang memberikan penghasilan dan fasilitas yang lebih banyak dan pekerjaan rumah tangga akhirnya ditangani oleh para pembantu rumah tangga anak. Ini merupakan kemungkinan yang diungkapkan dalam diskusi

<>

Pekerja anak merupakan salah satu masalah dalam masyarakat Indonesia, mereka merupakan satu sektor yang tersembunyi dan terabaikan. Hal ini disebabkan sukar mendatangi rumah tempat mereka bekerja dan sulit membedakan dengan majikan.

Berdasarkan data ILO, 192.764 anak bekerja di Jakarta. “Seharusnya mereka masih menikmati masa sekolah” ungkap Panji. Pekerja berusia dibawah 15 tahun dapat dikategorikan sebagai pekerja anak dan antara 15 – 18 tahun merupakan wilayah “abu-abu”, mereka yang seharusnya masih menikmati pendidikan di sekolah. “Adanya pekerja anak akan menghambat program wajib belajar 9 tahun. Bagaimana nasib generasi muda Indonesia jika 680.000 anak di Indonesai sudah harus bekerja” tambahnya.

Masalah pekerja anak masih merupakan masalah yang sulit. Kemiskinan yang terjadi dimana-mana menyebabkan orang tua cenderung mempekerjakan anaknya dengan alasan untuk membantu perekonomian keluarga atau juga sebagai bagian dari proses pendidikan bagi anak. Dengan bekerja mereka diharapkan dapat memperoleh ketrampilan tambahan.

Banyaknya pekerja perempuan anak juga disebabkan kurangnya perhatian terhadap anak perempuan. “Perempuan kurang diperhatikan dibandingkan dengan anak laki-laki,” ungkap Hayati, salah satu narasumber. Anak laki-laki diberi lebih banyak kesempatan untuk maju sehingga mereka memiliki kesempatan pendidikan lebih baik daripada anak perempuan.

Faktor permintaan pekerja anak juga mendorong tumbuhnya pekerja anak. Para majikan suka mempekerjakan anak karena mereka mau diupah lebih rendah, mudah diatur, untuk teman anak mereka, atau alasan-alasan lainnya seperti motif menolong dengan terlihat bermurah hati.

Kondisi-kondisi seperti ini harus segera mendapatkan penanganan untuk menghindari eksploitasi terhadap anak. Mereka merupakan generasi muda bangsa yang harusnya masih bersekolah. Dra Karimah Hamid Ketua Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Perempuan) LKP2 Fatayat NU menyatakan bahwa tujuan dari seminar ini adalah untuk sosialisasi perlindungan pekerja anak. (mfk)