Warta

Thohlah Hasan: Saya Wakafkan Sisa Hidup Saya untuk Pendidikan

NU Online  ·  Ahad, 1 Mei 2005 | 14:56 WIB

Jakarta, NU Online
Dalam pidato ilmiah penganugerahan gelar doctor kehormatan (doctor honoris causa) Wakil Rais Aam PBNU KH Tolhah Hasan mengungkapkan bahwa sejak tahun 1959 ia sudah terlibat langsung dalam dunia pendidikan denganmen jadi guru. Sejak saat itu ia tak pernah lepas lagi dari dunia pendidikan dengan menjadi kepala sekolah, mendirikan berbagai sekolah dan madrasah dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

“Saya ini adalah praktisi pendidikan, pengamat pendidikan dan lebih dari itu adalah pencinta pendidikan. Dalam omongan dengan teman-teman saya  selalu mengatakan bahwa ”sisa-sisa umur saya sekarang telah saya waqafkan untuk dunia pendidikan,”tandasnya dalam rapat senat terbuka di Auditorium UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, Sabtu (30/04).

<>

Pemberian gelar kehormatan ini merupakan usul dari beberapa tokoh masyarakat atas prestasi luar biasa yang diberikan oleh KH Tolhah Hasan dalam dunia pendidikan. Pengusul tersebut meliputi KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Prof. Dr. Malik Fadjar, Prof. Dr. Qodry Azizy, Prof. Dr. Mastuhu dan Prof. Dr. Salman Harun.

Selanjutnya usulan tersebut disampaikan ke pimpinan UIN Ciputat dan kemudian dibahas latar belakang dan prestasinya. Dalam rapat senat, akhirnya diputuskan bahwa KH Tolhah Hasan layak untuk mendapatkan gelar tersebut.

Dalam pidatonya tersebut mantan menteri agama tersebut mengungkapkan pentingnya peran keluarga dalam pendidikan. Dalam keluarga tersebut terjadi akumulasi interaksi fitrah anak-anak itu dengan lingkungan orang terdekatnya.

“Dalam keluarga terjadi proses pembelajaran, pembiasaan, dan pembudayaan setiap waktu, disaja juga terjadi peneladanan dan peniruan, juga terjadi internalisasi nilai penanaman keyakinan,” ungkapnya.

Dalam realitas kehidupan sekarang ini, peran keluarga sebagai pranata pendidikan menjadi lemah bahkan mengalami disfungsi karena berbagai alasan seperti tidak adanya waktu. Pada akhirnya masyarakat menoleh ke lembaga pendidikan seperti sekolah, pesantren, madrasah dan lainnya.

Tolhah Hasan juga mengungkakan bahwa saat ini pendidikan agama terasa gersang dan kehilangan kesegarannya karena hanya sebagai “pelajaran tentang agama” dan kehilangan élan vitalnya yang mampu membangkitkan kelumpuhan rohani dan pencerahan kepudaran hati nurani.

“Banyak guru agama yang lebih suka melihat pelajaran agama sebagai ilmu, bukan sebagai satandar nilai yang harus diaplikasikan secara kontekstual dan actual bagi kehidupan peserta didik. Ini karena dangkalnya pengetahuan guru dan tidak adanya keteladanan sikap dan perilaku guru” imbuhnya.

Tolhah juga mengungkapkan bahwa pendidikan yang memiliki citra religius, etis dan humanis sebenarnya dikenal dalam semua kebudayaan baik di Barat mauun di Timur. Namun pada akhirnya secara berangsur terpinggirkan oleh arus pendidikan sekuler yang muncul di Eropa yang mengusung dimensi rasional, scientific dan teknologi yang mudah menarik perhatian karena hasilnya mudah dirasakan.

Meskipun demikian, pendidikan sekuler tidak banyak menjawab fenomena kemerosotan moral, perilaku sosial yang dekaden, runtuhnya kesadaran humanis dan munculnya budaya kekerasan, bahkan telah memicu berbagai agresi dan peperangan.

Dur Dur yang juga turut memberikan sambutan menyatakan kebanggaannya bahwa seorang santri yang dulu hanya belajar kitab kuning dapat memberikan sumbangan besar bagi perkembangan dunia pendidikan Islam. Ia juga mengaku pernah berguru pada Kyai Idris yang juga merupakan guru dari Tolhah Hasan. Kyai ini diakuinya banyak memberikan prinsip hidup yang dianutnya sampai sekarang ini.

Tholhah Hasan dalam usianya yang sudah mencapai 69 tahun sudah berhasil mendirikan 15 institusi pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi. Sekolah yang pertama kali didirikan adalah Madrasah Tsanawiyah al Maarif Singosari pada tahun 1959 terus dilanjutkan dengan berbagai macam tingkat sekolah seperti SD-SMP Sabilillah (full day school), Pesantren Kampus Ainul Yaqin sampai dengan Universitas Islam Malang yang pada tahun 2005 ini membuka fakultas kedokteran.

Tholhah Hasan juga sudah menulis sebanyak 9 buku tentang keislaman dan pendidikan, selain makalah yang banyak diterbitkan di berbagai jurnal ilmiah.(mkf)