Warta

Terkait Ahmadiyah, PBNU Imbau Perkuat Ukhuwah Nahdliyah

NU Online  ·  Sabtu, 7 Agustus 2010 | 01:41 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau warga NU (Nahdliyin) terutama yang berada di kawasan Kuningan Jawa Barat dan sekitarnya agar memperkuat persaudaraan sesama warga NU atau ukhuwah nahdliyah. Hal ini disampaikan menyusul terjadinya reaksi masyarakat Muslim setempat, termasuk NU, terhadap kelompok Ahmadiyah di kawasan ini.

Katib Aam PBNU KH Malik Madani saat menerima Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kuningan HR Mahmud Silahuddin bersama empat pengurus PCNU Kuningan lainnya di kantor PBNU Jakarta, Jum’at (6/8) meminta agar warga Nahdliyin dapat menahan diri dan menyelesaikan semjua persoalan secara arif.<>

Buntut dari reaksi masyarakat Muslim di Kuningan terhadap Ahmadiyah telah merenggangkan hubungan antar elemen NU, dalam hal ini antara para kiai dan PCNU dengan kalangan muda NU yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Ansor NU setempat.

PCNU dan para kiai mendukung upaya penyegelan masjid Ahmadiyah sebagai simbol penghentian kegiatan Ahmadiyah, sementara kalangan Ansor secara tidak langsung memberikan dukungan terhadap aktivitas kelompok Ahmadiyah. Perseteruan memuncak setelah PCNU menyatakan akan membekukan Ansor Kuningan dan memecat Ketua Ansor Emuf Muflihuddin.

PBNU berharap persoalan antara PCNU dan Ansor Kuningan ini bisa diselesaikan dengan arif sesuai dengan tradisi NU, sehingga ukhuwah nahdliyah dapat kembali terjalin.

“Ya kita selesaikan perlahan karena sekarang ini situasinya masih panas. Kita cooling down dulu. Kita ini memang sedang diuji kesabaran dengan fitnah Ahmadiyah ini,” kata KH Malik Madani didampingi Ketua PBNU H Imam Aziz.

PBNU, kata Kiai Malik, tetap menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, namun penanganannya tidak bisa dilakukan dengan kekerasan.

“Ahmadiyah ini memang kalau MUI mengistilahkan dhillun mudhillun (sesat dan menyesatkan), tapi jangan sampai kita melakukan tindakan yang menyebabkan kita dinilai sebagai kelompok yang dzalim dan mereka malah yang madzlum (terdzalimi),” pungkasnya. (nam)