Warta RAKERNAS MAARIF NU

Terjadi Peningkatan Pesantren Beraliran Radikal

NU Online  Ā·  Jumat, 22 Januari 2010 | 12:54 WIB

Jakarta, NU Online
Dirjen Bimas Islam Depag Nasaruddin Umar mengungkapkan terdapat fenomena kehidupan keagamaan yang perlu diwaspadai, yaitu peningkatan kecenderungan radikalisasi keyakinan beragama.

ā€œDalam lima tahun terakhir, jumlah pesantren yang radikal dari tiga buah menjadi tiga ratus buah,ā€ katanya dalam pembukaan rakernas Maarif NU di Bandung, Jum’at (22/1).<>

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UIN Bandung, UIN Jakarta, Laporan akhir tahun Wahid Istitute dan sumber dari intelejen Polri, Nasaruddin juga menemukan fakta bahwa 45 persen takmir masjid di Jakarta masih menganggap Piagam Jakarta layak dipertahankan dan NKRI bukan bentuk final. 16 persen responden juga berpendapat Amrozi mati syahid.

Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara apa yang diungkapkan oleh para pemimpin agama di tingkat elit yang berulang kali mengungkapkan NKRI sebagai final dan Pancasila sebagai dasar negara.

ā€œIni kelihatannya persoalan sederhana, tetapi ada persoalan konseptual. Siapa yang harus bertanggung jawab,ā€ tanyanya.

Nasaruddin percaya, bentuk masyarakat di masa mendatang sebenarnya bisa dicetak menjadi masyarakat yang radikal atau moderat melalui kurikulum.

ā€œKita perlu menunjukkkan cetak biru, tawaran Maarif seperti apa dalam mencetak umat di masa mendatang,ā€ katanya.

Strategi Kebudayaan dan Peradaban
Ā 
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh Maarif menurut Katib Aam PBNU adalah perlunya meluncurkan strategi kebudayaan dan peradaban karena masalah ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat.

ā€œDunia sudah datar. Kalau kita tidak bisa menciptakan kebudayaan dan peradaban, mungkin bangsa pertama yang yang tergilas efek negatif adalah Indonesia. Karena kita berada dalam posisi silang, diantara dua benua dan samudra, tempat transit budaya,ā€ paparnya.

Dari situ, bisa dirumuskan, model nasionalisme seperti apa yang paling pas untuk Indonesia. Keberadaan Pancasila saat ini lebih tergantung pada penafsiran rezim yang berkuasa

ā€œKita belum memiliki grand strategi. Muatan lokal dan asing komposisinya berapa dan kita sebagai warga paling mayoritas, belum memberikan konsep,ā€ terangnya memberi semangat.

Rakernas Lembaga Pendidikan Maarif NU ini diikuti oleh perwakilan dari 33 wilyah dari seluruh Indonesia dalam rangka penataan organisasi dan memberi masukan ke Muktamar ke-32 NU, 22-27 Maret mendatang. (mkf)