Warta

Tangkal Radikalisme, Tugas Bersama

NU Online  ·  Selasa, 27 Desember 2011 | 05:14 WIB

Jombang, NU Online
Radikalisme di Indonesia, sebenarnya minoritas dibandingkan mainstream Islam moderat. Namun karena dipublikasikan secara besar-besaran, maka menjadi sesuatu hal yang bombastis. Parahnya lagi, hal ini seolah dibiarkan begitu saja oleh alat negara.

Demikian yang disampaikan KH Sholahudin Wahid Pengasuh PP Tebuireng Jombang saat menjadi pembicara pada seminar nasional bertema Mengokohkan Nasionalisme, Membendung Radikalisme yang digelar di aula pondok Salafiyah Syafi’iyah Seblak Jombang, Senin (26/12).
<>
”Untuk menekan radikaliseme itu perlu pendekatan yang lebih halus agar Islam radikal mampu memahami kesalahan konsepnya,” ujarnya memberikan solusi.

Gus Sholah menambahkan, Radikalisme dalam pemikiran menurutnya tidak menjadi persoalan. Namun jika sudah diwujudkan dalam sebuah aksi, itu sudah dilarang.

”Kalau sudah melakukan aksi kekerasan apalagi dengan mengatasnamakan agama itu jelas dilarang,”imbuhnya seraya mengatakan jangan lagi menyalahkan orang yang berbeda pendapat, apalagi sampai mengkafirkan dan mengarah kepada anarkisme, yang mengakibatkan sentimen keagamaan berlebihan.

Senada dengan Gus Sholah, Wazir Wicaksono mengatakan, bahwa  alat negara sekarang ini memang terkesan diam dalam merespon ulah gerakan radikal yang menjelek-jelekkan Pancasila. Hal ini berbeda jauh saat awal kemerdekaan dulu, dimana saat DI/TII dulu muncul pada awal kemerdekaan, pemerintah tegas menumpasnya.” Padahal persenjataan TNI saat itu tidak secanggih seperti sekarang,” ungkapnya.

Dikatakannya, Radikalisme memang tidak bisa di bendung, namun bukan berarti tidak bisa diminimalisir, sehingga tidak berkembang biak dengan subur. “Langkah kongkritnya, guru harus memahami sejarah dengan betul, mengembangkan budaya keilmuan terus ditingkatkan,” ujar pengurus Lakpesdam NU pusat ini mengatakan.

Sementara itu, peneliti senior RAHIMA Foundation Jakarta Ciciek Farhah Assegaf. mengatakan, ada kecenderungan radikalisme membidik kaum pelajar, dengan merekrut anak-anak cerdas sejak usia SMA dengan memanfaatkan kegiatan ekstrakurikuler kerohanian Islam.

 

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Muslim Abdurrahman, Rohis