Warta

Sobary: Interpretasi Islam Dipengaruhi Konstruksi Sosbud

NU Online  ·  Kamis, 30 Oktober 2003 | 20:56 WIB

Jakarta, NU.Online
Tafsiran tentang Islam sangat dipengaruhi konstruksi sosial dan kebudayaan, kata Mohammad Sobary
dalam seminar "Fotografi dan Perwakilan Kontemporer Identitas Dunia Islam" di Jakarta, Kamis.

Hadir sebagai jurnalis, kolumnis dan komentator pada pameran Foto Common Ground di Museum Nasional, budayawan  yang kini juga pemimpin umum LKBN ANTARA itu mengemukakan pendapatnya tentang representasi Islam di dalam Media.

<>

Menurut Sobary, konstruksi sosial yang mempengaruhi penafsiran seseorang tentang Islam terkait pengalaman, pendidikan di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. "Saya kira penafsiran seseorang tentang Islam terkait dengan pengalamannya sendiri, hasil pendidikan di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat," katanya.

Sementara konstruksi budaya yang mempengaruhi penafsiran itu terbangun oleh unsur kekaguman, rasa ingin memuliakan apa yang disampaikan dan diketahui, dan juga prasangka-prasangka, baik positif maupun negatif.

Tampilan Islam di dalam Media terdiri atas dua kelompok, tradisional dan modern. Kelompok tradisional ingin menampilkan Islam sebagaimana yang dicita-citakan (ideologis), sementara yang modern menampilkannya secara agak luwes.

"Seorang Islam yang pekerjaannya mungkin ustadz, kepala sekolah madrasah, atau kiai, tidak akan membolehkan Islam ditampilkan dalam citra yang serba komunikatif, tampilan gambar-gambar telanjang," kata Sobary.

"Sebaliknya ada yang lebih rileks, memandang Islam harus kompatibel (cocok) dengan hal-hal universil," ujarnya, seraya merujuk cendekiawan Nurcholis Madjid (Cak Nur) sebagai tokoh yang membawa Islam sebagai ajaran yang sesuai dengan nilai-nilai universal, demokrasi, HAM, dan modernitas.

Ia mengutip pendapat Cak Nur bahwa Islam harus bisa memasuki kehidupan masyarakat kosmopolitan tanpa ragu-ragu. Dengan citra Islam yang dapat memasuki kehidupan dengan nilai-nilai universal, menjunjung tinggi demokrasi dan humanisme (kemanusiaan), menurut dia, tidak perlu ada lagi anggapan Islam radikal ataupun yang terkait dengan terorisme.(Cih)**