Warta

Slamet Raharjo Pengusaha Bebek Goreng yang Gemar Pengajian

NU Online  ·  Rabu, 28 September 2011 | 15:11 WIB

Solo, NU Online 

 
Kurang lebih 25 tahun, H Slamet Raharjo (62) bersama istri tercinta Hj. Baryatin menggeluti usaha rumah makan bebek goreng sambel korek.  Dengan modal awal sekitar Rp 10.000,- di tahun 1986, Slamet dan Baryatin yang semula hanya sekedar coba-coba jualan bebek goreng di jalan raya Kartasura Solo, kini di tahun 2011 usaha bebek goreng H Slamet berkembang pesat, sudah memiliki 39 cabang.   <>


Cabang bebek goreng H Slamet (Asli) tersebar di Wilayah Solo Raya, Jogja, Bandung, Jakarta, Palembang, Balikpapan, Samarinda, Pekanbaru, Banjarmasin dan Bali. 
Saat ditanya, bagaimana konsep usahanya hingga sukses seperti sekarang ini, istri H Slamet, Hj Baryatin (62) hanya tersenyum dan menjawab, semuanya diserahkan kepada Gusti Allah Yang Maha Kuasa.  


”Saya dan bapak sebagai hamba Allah, yang memiliki 7 anak dan 7 cucu, senantiasa bekerja dan bekerja, selanjutnya diserahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa,” kata Baryatin yang diamini putrinya Nur Ilmi (30).


Berkah dari jualan bebek goreng, H Slamet dan keluarga pada tahun 2010, mendirikan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an, putra dan putri di kampung Sedahromo Lor, Kartasura, tak jauh dari kediamannya. ” Santrinya baru ada 25 anak, dibimbing  ustadz dan ustadzah. Semua pengelola pondok mendapat fasilitas dan gaji,” papar Nur Ilmi.
Selain ada santri yang menetap, ada juga ”santri kalong” santri  yang tidak tidur dipondok alias anak-anak dan kaum ibu-ibu tetangga H Slamet yang belajar  al-qur’an setiap ba’da asyar dan ba’da isya. 


Dalam meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan, sejak tahun  2000 H Slamet dan keluarga setiap malam senin mengadakan pengajian rutin, bertempat di kediaman H Slamet, dihadiri sekitar 250 jamaah, dengan penceramah kiyai dan ustadz dari pondok pesantren di Solo, Klaten dan Jogja. ”Bapak itu gemar, seneng pengajian, berjanzen, terbangan, kumpul-kumpul dengan orang ngaji,” kata Ibu Hj Baryatin.


Kiprah H Slamet dalam pengajian, mendapat sambutan positif dari Habib dan Kiai di Solo Raya. Sejak tahun 2009, H Slamet selalu kebagian menjadi tuan rumah untuk pengajian JAMURO (Jamaah Muji Rosul) Surakarta,  yang di koordinir KH. Abdul Kariem Al-Hafidz, KH. Ibrahim Asfari, Habib Syekh bin Abdulqodir Assegaf, KH. Abdul Rozaq Shofawi, Pengasuh Pondok AL-Muayyad Solo, KH. Jablawi, Pengasuh Pondok Al-Mansyur Popongan, Klaten.   


”Kalau pas ada pengajian JAMURO, ribuan jamaah tumplek blek di kediaman H Slamet dan wilayah Sedahromo Lor, semua jamaah dijamu makan bebek gorek sambel korek,” papar Qoshim Rahman salah satu jamaah pengajian.


Usia H Slamet Raharjo dan Hj Baryatin sudah memasuki masa ”pensiun”, pada tanggal 21 April 2011 lalu, H. Slamet Raharjo, merayakan ulang tahun ke 62. Ulang tahun ini terasa istimewa bagi keluarga H Slemat, karena membagi-magikan shodaqoh dengan mendaftarkan 10 calon jamaah haji bagi karyawan, ustadz-ustadzah dan keluarga dekat. 


”Insya Allah kalau ada kesempatan saya dan keluarga, ingin memberangkatkan ibadah haji para Kiai jamaah JAMURO,” kata Baryatin. Sifat kedermawanan H Slamet, juga tercermin dari kebiasaan H Slamet dan keluarga yang setiap tahun memberikan santunan kepada 20 anak yatim piatu. ”Setiap lebaran, kita sudah biasa memberikan santunan kepada anak yatim dan piatu,” papar Baryatin. 


Jangan ditanya berapa proposal mohon sumbangan setiap harinya yang masuk, sudah tak dihitung lagi, proposal-proposal itu datang dari panitia pengajian, pembangunan  masjid, mushola, pembangunan pondok pesantren, kegiatan sosial dan sebagainya.


Sedangkan sedekah bagi dunia kesehatan, H Slamet membuka pijat Ceragem secara gratis, di dekat pondok. Serta membuka klinik pengobatan gratis, yang ditangani dokter dan perawat profesional yang didatangkan langsung dari rumah sakit Yarsis Solo. 


Karyawan bebek goreng sambel korek H Slamet, sekitar 17 orang, ada yang khusus bagian dapur, dikomandani oleh Ibu Hj Baryatin, dan bagian pelayanan oleh Bapak H Slamet.   


Menu andalannya adalah bebek goreng, dengan menggunakan bebek apkiran artinya, bebek yang sudah memasuki usia dua tahun dan sudah bertelur sebanyak empat kali. Pilihan bebek apkiran, lantaran bebek yang sudah usia dua tahun tergolong dagingnya tak mudah hancur ketika di masak, sehingga bumbunya meresap dan daging bebeknya terasa empuk dan renyah.


Sedangkan sambel korek, terbuat dari cabe rawit biasa, ditambah bawang dan garam, lalu diulek kasar, disiram minyak jlantah panas, bekas gorengan bebek. 
Bila memesan 1 bebek wuluh harganya Rp 60.000,-, dada ; rp 13.000,- paha ; rp 12.000,- rampelo ati ; rp 6.000,- kepala ; rp 6.000,- dan ceker ; rp 5000. 
Minumannya pariatif, ada teh panas, jeruk, beras kencur, gula asem, kunyit asem, es teh, es jeruk, es beras kencur, es gula asem, es kunyit asem, ada juga softdring (coca cola, fanta, sprite), sosro atau aqua.

 

Kantor pusat ;Spesial Bebek Goreng Sambel Korek H. Slamet (Asli), Jl. Sedahromo Lor, Rt 01 / 07, Kartasura, tlp 0271-781597. atau buka www.bebekgorengslamet.com. 



Redaktur     : Syaifullah Amin

Kontributor : Cecep Ainurrozaq