Sistem Pendidikan RI Belum Bangun Basis Identitas Bangsa
NU Online · Jumat, 7 November 2003 | 04:59 WIB
Jakarta, NU Online
Sistem pendidikan Indonesia belum mampu membangun basis identitas dan kultural kebangsaan bahkan masyarakat menilai pendidikan agama telah gagal. Hal itu disampaikan Menteri Agama Prof. Dr. Said Agil Al Munawar dalam sambutan tertulis yang disampaikan Kabalitbang dan Diklat Keagamaan Depag, Atho Mudzhar, pada penyerahan hadiah pemenang lomba nasional penulisan buku cerita fiksi, sketsa dan
komik keagamaan di Jakarta, Kamis.
Menag mengatakan sampai saat ini pendidikan agama masih menghadapi problem metodologi sementara berbagai perubahan menyebabkan pergeseran nilai dan budaya masyarakat. Karena itu, pendidikan agama yang ada tak mampu menumbuhkan manusia dan bangsa yang diharapkan, katanya.
<>Bahan bacaan berupa fiksi, sketsa dan komik keagamaan, ujarnya, dapat merangsang syaraf otak anak dan melatih kecerdasan sekaligus mengisi nilai keagamaan. "Cerita dapat menjadi media untuk menjadi perilaku masyarakat dan menggagas peradaban masa depan sehingga pendekatan pembelajaran agama semacam itu perlu dilakukan," katanya.Model pendekatan itu, tambahnya, merupakan salah satu bentuk metodologi yang telah ada dalam Al Qur’an.
Menag mengimbau masyarakat perbukuan, para penulis dan penerbit memanfaatkan hasil-hasil lomba yang telah digelar dan kepada pihak penyelenggara pendidikan memacu budaya baca dan tulis di lingkungan sekolah.
Pada tahun 2003 panitia menyelenggarakan tiga jenis lomba cerita, dengan naskah yang diterima panitia untuk cerita fiksi sebanyak 241 naskah, sketsa 349 naskah dan komik keagamaan 155 naskah.
Pemenang pertama tingkat TK/RA adalah Johan Manandin dengan judul "Kuchi Kuchi Malang", tingkat SD/MI Dudur Purwanto dengan judul "Ali yang Saleh", tingkat SLTP/MTS Bambang Joko "Suatu Hari di Stasiun Bekasi" dan tingkat SMU/MA Dandang Dahlan dengan judul "Mantan Ledek".
Para pemenang pertama itu masing-masing mendapat hadiah sebesar Rp10 juta. Hadiah dengan jumlah yang sama juga diberikan kepada pemenang pertama penulisan sketsa dan komik keagamaan.
Sementara itu, seorang penerbit yang hadir, Upi Tuti Sundari, mengatakan lomba yang diadakan tersebut memberi keuntungan kepada penerbit yang selama ini kesulitan mencari orang berbakat.
"Di Indonesia setiap tahun hanya diterbitkan sekitar lima ribu judul buku tetapi Depag sekali mengadakan lomba memunculkan ribuan judul, ternyata banyak naskah bagus di Litbang Depag dan siap ditebitkan," kata Upi dari penerbit Aries Lima.(mkf)
Terpopuler
1
Ramai Bendera One Piece, Begini Peran Bendera Hitam dalam Revolusi Abbasiyah
2
Pemerintah Umumkan 18 Agustus 2025 sebagai Hari Libur Nasional
3
Pengetahuan tentang HKSR Jadi Kunci Cegah Kekerasan Seksual, Begini Penjelasannya
4
Bukan Hanya Kiai, Mustasyar PBNU: Dakwah Tanggung Jawab Setiap Muslim
5
Fatwa Haram Tak Cukup, Negara Harus Bantu Atasi Akar Ekonomi di Balik Sound Horeg
6
Gus Yahya: NU Bergerak untuk Kemaslahatan Umat
Terkini
Lihat Semua