Setiap Hari 200 Orang dari Jemaah Indonesia Sesat di Jalan
NU Online · Senin, 3 Desember 2007 | 12:21 WIB
Makkah, NU Online
Jemaah haji Indonesia yang sesat di jalan setiap hari mencapai 200 orang dan umumnya dialami orang lanjut usia dan yang kurang memahami bahasa Indonesia, apalagi bahasa Arab, sehingga petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) harus bekerja ekstra dalam membantu mereka.
Petugas PPHI yang menangani masalah itu, Said Syamsudin, di Makkah, Arab Saudi, Senin, membenarkan bahwa jemaah yang sesat di jalan banyak terjadi pada orang lanjut usia. Terlebih lagi mereka sering terlepas dari kelompok mereka dan jika sesat merasa kesulitan berkomunikasi dengan petugas PPIH.
<>Kebanyakan dari mereka berasal dari daerah pedalaman di tanah air dan, selain bingung untuk mengenali lingkungan Masjidil Haram, mereka juga merasa tertekan karena menghadapi demikian banyak orang di kawasan kota Makkah.
Seperti yang terjadi Sabtu lalu, Rivai (70 tahun) bersama rekannya, Ny. Kaswari (50), yang sama-sama berasal dari Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, nyasar lantaran tak kenal kawasan Masjidil Haram setelah shalat wajib.
Rivai hanya mampu berkomunikasi dengan Bahasa Sunda, sedangkan Ny. Kaswari mampu berbahasa Indonesia. Namun kedua orang itu tak mau berkomunikasi atau meminta pertolongan kepada petugas. Rivai berjalan hanya mengikuti perasaan dirinya saja, sedangkan Ny. Kaswari --yang mengingatkan rekannya agar bertanya kepada petugas-- tak dihiraukannya.
Akhirnya, kedua orang itu kelelahan dan nyasar. Ny. Kaswari hanya mampu menangis sepanjang jalan. Untung mereka segera mendapat pertolongan dan diantar ke pemondokan mereka oleh petugas, kata Said.
Karena menyaksikan kenyataan yang kerap terjadi di kawasan Masjidil Haram, Said mengimbau jemaah Indonesia untuk saling mengingatkan agar tak meninggalkan rekannya atau berpisah dari kelompoknya.
Beberpa hari mendatang Masjidil Haram akan semakin padat dengan jamaah dari berbagai negara. Ia juga kembali mengingatkan jemaah Indonesia agar tetap waspada terhadap orang yang baru dikenal, dan tidak menyerahkan dokumen yang ada di tas kecil. Sebabnya ialah sudah ada orang yang berpura-pura sebagai petugas dan meminta tas kecil.
Kejadian tersebut menimpa Siswo Suwito (65), yang kehilangan dokumen kesehatan dan uangnya sebesar Rp4 juta. Pria usia lanjut asal Sumber Mulyo, Jogyakarta, itu diminta paksa oleh orang yang mengaku sebagai petugas.
Setelah tas pindah tangan, petugas itu menghilang di keramaian orang, sedangkan Suwito tak mampu berbuat apa-apa, kata Said lagi. (ant/sir)
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
4
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
5
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua