Warta

Satukan Persepsi, PBNU Gelar Silaturrahmi dengan Ulama Madura

NU Online  ·  Senin, 16 Juni 2008 | 11:37 WIB

Bangkalan, NU Online
Pesta demokrasi lokal yang akan digelar propinsi Jawa Timur berupa pemilihan gubernur pada 23 Juli 2008 mendatang tampaknya memperoleh perhatian serius dari PBNU. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran dan penjelasan yang diberikan KH Hasyim Muzadi pada acara silaturahim dengan ulama Madura.

Acara silaturrahmi tersebut digelar Senin, 16 Juni 2008 di Aula Pesantren Syaichona Cholil Bangkalan dan dihadiri perwakilan PCNU se-Madura serta para ulama yang selama ini selalu bersinggungan dengan kegiatan politik praktis.<>

Dalam arahannya selama kurang lebih satu jam, KH Hasyim Muzadi yang juga mantan cawapres pada pemilu 2004 ini banyak bercerita tentang pergulatan NU dalam mewujudkan tujuannya ikut mensejahterakan rakyat, yang notabene mayoritas adalah warga NU.

Adik kandung KH Muchit Muzadi ini bercerita secara jelas sejarah perjalanan NU, mulai dari organisasi non partisan saat didirikan tahun 1926, ikut partai Masyumi, jadi partai politik sendiri, dan akhirnya memfasilitasi berdirinya partai jama’ah NU, yaitu PKB.

Mantan ketua PWNU Jawa Timur ini menyimpulkan posisi NU paling tepat saat ini adalah non partisan, “Ndak usah melihat partai, tapi melihat komitment orang yang akan didukung terhadap pengembangan NU. Kita sering kali dikibuli, awalnya akan memperjuangkan NU tapi ujung-ujungnya ternyata untuk dia sendiri,” papar pengasuh PP. Al Hikam Malang ini disertai tepuk tangan peserta silaturahmi.

Mantan angota DPRD Malang ini meminta agar nahdliyyin sadar dan dan mau belajar dari DKI Jakarta yang gubernurnya dijabat oleh Ketua PWNU DKI Fauzi Bowo. “Ini sebuah prestise, bagaimana ibu kota negara yang begitu elite dan strategis itu dapat dipimpin oleh ketua PWNU,” ujarnya.

Karena itu, ia juga berharap agar Jawa Timur yang notabene mayoritas penduduknya warga NU juga dipimpin oleh orang NU. Sayangnya, menyatukan potensi NU di propinsi ini sangat sulit.

Ia mencontohkan pemilihan bupati di Lamongan dan Bojonegoro yang mana calon dari warga NU malah kalah, demikian pula di Banyuwangi yang ulamanya memiliki hubungan kurang harmonis dengan bupatinya.

“Yang mau milih gubernur ini sekarang harus sadar, jangan asal milih, kebebasan yang diberikan NU jangan lantas dijadikan asal milih dan nyoblos, lihat kompetensi dan manfaatnya yang akan diterima oleh NU,” ujarnya.

Dari lima pasangan calon gubernur, empat diantaranya adalah kader NU. Hasyim menjelaskan, Ali Maschan yang ketua PWNU Jatim dan Syaiful Syaifullah Yusuf yang Ketua Umum GP Ansor sudah pamit untuk jadi wakil gubernur.

Posisi calon gubernur dari NU dipegang oleh Achmady yang diusung PKB dan Khofifah Indar Parawansa yang diusung PPP dan sejumlah partai kecil. Khofifah yang juga Ketua Umum Muslimat NU juga sudah menemui Rais Am PBNU KH Sahal Mahfudz. “Rais Am merestui dan mendo’akan, namun secara institusional PBNU harus netral,” paparnya.

Hasyim berharap agar calon yang dipilih warga NU adalah gubernur yang mampu membantu NU meningkatkan kesejahteraan warga NU, “Istilahnya APBD untuk NU,” kelakar kyai yang juga terkenal jago humor ini. “Saya berharap bukan hanya DKI Jakarta saja yang dipimpin kader NU tapi juga Jawa Timur,” imbuhnya.

Nilai jual dan kualitas NU, menurutnya harus ditingkatkan sehingga para kader NU bisa memimpin di berbagai daerah seperti di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. “Sekali lagi Jawa Timur juga harus mampu membuktikan itu semua sebagai basisnya NU,” tandasnya. (mkf)