Warta

Sarbumusi Ikuti Sidang ILO di Jenewa

NU Online  ·  Kamis, 19 Juni 2008 | 13:59 WIB

Jakarta, NU Online
Sidang tahunan International Labour Organization (ILO) yang diselenggarakan di Jenewa Swiss pada 27 Mei-13 Juni diikuti oleh perwakilan buruh dari seluruh Indonesia. Serikat Buruh Muslimin Indonesia atau Sarbumusi turut pula dalam acara akbar tersebut.

Ketua Sarbumusi H Junaidi Ali menuturkan banyak pengalamannya selama dua minggu di negeri yang terkenal dengan produksi jam berkualitas tingginya ini.<>

Sidang ILO berlangsung secara maraton dari pagi sampai jam 12 malam untuk membahas permasalahan perburuhan dari setiap negara. Disitulah ia melihat pertarungan kepentingan antara kelompok negara kaya di Eropa dan Amerika melawan negara-negara berkembang sangat terasa, terkait dengan kondisi perburuhan.

“Sikap persamaan dan demokrasi yang didengung-dengungkan ternyata sama sekali tak tercermin dalam sidang-sidang. Mereka menekan dengan keras kepentingan dari negera berkembang,” katanya dalam perbincangan dengan NU Online, Kamis (19/6).

Jika ada negara yang dianggap belum memenuhi ketentuan perburuhan, para investor dari negera kaya akan mengalihkan atau tidak menanamkan dananya ke negara tersebut. Karena lamanya pembahasan masalah perburuhan untuk setiap negara inilah yang menyebabkan sidang berlangsung sampai dua minggu.

Warna keagamaan juga berupaya dimunculkan oleh negara-negara dengan penduduk muslim. Junaidi menuturkan mereka sepakat untuk memulai pidato dengan ucapan Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, sebagai simbol dari umat Islam.

Sejumlah tokoh nasional Indonesia namanya juga terpatri abadi di gedung ILO. Salah satu gedung diberi nama Ir. Soekarno dan lainnya adalah Moh Hatta yang keduanya merupakan dwi tunggal proklamator Indonesia.

“Saya sampai kaget, ternyata para pemimpin kita sangat dihormati disana,” tandasnya.

Kegiatan keagamaan secara rutin ditelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Swiss. Jum’atan secara rutin digelar setiap pekannya. Bagi ibu-ibu, terdapat pengajian yang diselenggarakan setiap hari Ahad, sedangkan WNI beragama Islam mengadakan pengajian setiap satu bulan sekali.

Menurutnya, banyak nilia-nilai baik yang bisa diambil dari masyarakat Swiss seperti disiplin, penghargaan terhadap kepentingan publik, toleransi dan lainnya. (mkf)