Santri Dilarang "Boyong" kecuali Mengajar atau Menikah
NU Online · Senin, 3 Agustus 2009 | 00:14 WIB
“Ojo nganti ninggal ilmu” Jangan sampai meninggalkan ilmu, demikian pesan KH Ahmad Basyir kepada segenap santri wisudawan dan santri luhur pada saat acara muwaddaah dan wisuda santri ponpes Darul Falah, Jum’at (31/7) lalu.
Acara muwaddaah dan pelepasan wisudawan santri ini digelar setelah serangkaian agenda munaqosah (ujian) akhir pesantren selesai dilakukan.<>
Menurut Sunarto Anas, kepala Takhassus An Nasyri di pesantren itu, ujian kelulusan santri terbagi dalam beberapa tahap, mulai dari test tertulis, hafalan kitab Alfiyyah, test baca kitab di hadapan dewan asatidz dan tahapan terahir adalah test baca kitab “Fathul Muin” dihadapan KH Ahmad Badawi, Pengasuh di pesantren itu.
KH Ahmad Basyir dalam tausiyahnya menegaskan agar wisudawan santri setelah lulus tidak melupakan identitasnya sebagai santri. Beliau menghimbau agar santrinya tetap tekun mengaji pada para masyayikh, di manapun mereka berada.
“Ojo nganti ninggal ilmu. Podo tetep ngaji neng endi panggonan,” Jangan sampai meninggalkan ilmu, tetap mengaji di manapun kalian berada,” ujarnya.
Senada dengannya, KH Ahmad badawi pun menegaskan pesan yang tidak jauh berbeda. Dalam pidatonya, Gus Badawi, panggilan akrabnya, menegaskan orang tua wali tidak boleh memboyong pulang santrinya, kecuali untuk dua kepentingan; mengajar atau menikah.
“Santri Darul Falah hanya diperbolehkan boyong untuk dua hal, mengajar atau menikah,” katanya.
Menurut Gus Badawi, peraturan itu diberlakukan untuk mengantisipasi agar santri tidak terpengaruh lingkungan, terutama masalah perempuan. Pihaknya menyesalkan realitas yang terjadi di masyarakat mengenai banyaknya kasus kehamilan pra nikah. Ia selaku pengasuh tidak menginginkan santrinya terjerumus dalam masalah itu.
“Sekarang banyak kartu keluarga tanpa bapak. Dan, santri Darul Falah haram terlibat dalam tragedi itu,” imbuhnya.
Pihaknya juga menghimbau kepada santri yang belum wisuda agar tetap bangga menjadi santri. Menurutnya, pesantren adalah satu-satunya tempat yang paling layak untuk mereka menuntut ilmu. Pesantren menurutnya bukan hanya lembaga pendidikan, melainkan taman surga, seperti disabdakan Rasulullah.
Untuk itu pihaknya menghimbau agar santri yang telah diwisuda mampu menciptakan taman surga di lingkungan mereka, atau setidaknya di lingkungan keluarga mereka. “Jika kalian mengajar, berarti kalian telah menciptakan taman surga baru. Jika kalian menikah, itu adalah taman surga baru yang diciptakan untuk kalian,” tandasnya. (wdm)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
5
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
6
Buka Workshop Jurnalistik Filantropi, Savic Ali Ajak Jurnalis Muda Teladani KH Mahfudz Siddiq
Terkini
Lihat Semua