Jakarta, NU Online
Ansor sebagai salah satu organisasi kepemudaan di bawah NU diharapkan mampu mereformasi dirinya ditengah situasi perubahan bangsa agar tidak terjebak dalam pragmatisme dan oportunisme politik.
"Karena semakin tua usianya, kader-kader Ansor semakin kehilangan greget dan miskin inovasi sekaligus kering gagasan. Mereka semakin kehilangan arah dan jati dirinya, bahkan tidak sedikit dari mereka yang lebih suka bertindak sebagai "broker politik"," ungkap Wakil Bendahara PBNU, Ronin Hidayat kepada NU Online, Selasa, (5/4), menanggapi dinamika kongres Ansor XIII yang usai di gelar di Pondok Gede beberapa waktu lalu.
<>Kondisi ini, kata mantan pengurus Ansor jaman Slamet Efendy Yusuf, di satu sisi dipengaruhi oleh terbentuknya "paradigma kekuasaan" yang telanjur melekat di dada para aktivisnya. Sebagian atau bahkan kebanyakan mereka menganggap GP Ansor merupakan "jalan tol" bagi mereka untuk meraih kekuasaan politik. "Ini sangat berbeda dengan Ansor ketika jaman saya dulu, ketika itu mucul perdebatan wacana soal kebangsaan, ideologi dan gerakan. Hal seperti ini sekarang tidak muncul lagi di arena kongres, bahkan sangat banyak kader ansor yang tidak paham mekanisme pengambilan keputusan organisasi," keluh Ronin, yang sempat mengikuti perjalanan Kongres.
Menurutnya, inilah suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius dari para aktivis GP Ansor di level mana pun. Bila kondisi ini dibiarkan, lama-lama GP Ansor barangkali tak lebih dari seorang "perawan tua" yang tak lagi menarik perhatian kalangan muda. Padahal, lanjut Ronin, jika merunut sejarahnya Kelahiran Ansor diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan.
"Sekarang spirit kesejarahan ini tidak nampak. Ini semua harus disadari dan di carikan solusinya, bukan saja oleh Ansor tapi juga oleh PBNU selaku "orang tua" yang melahirkannya," tandas mantan pengurus LKKNU ini.
Ditanyakan solusinya, Ronin mengatakan, mudah yaitu melihat kembali tujuan dasar berdirinya. Sebagaimana tersurat pada Peraturan Dasar GP Ansor hasil Konggres XII, organisasi ini memiliki tujuan, membentuk dan mengembangkan generasi muda Indonesia sebagai kader bangsa yang tangguh, memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas, dan beramal saleh.
Kedua, menegakkan ajaran ahlussunnah wal jama'ah dengan menempuh manhaj salah satu mazhab empat di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketiga, berperan aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berkeadilan, berkemakmuran, berkemanusiaan, dan bermartabat bagi seluruh rakyat Indonesia yang diridai Allah swt.
Dari tujuan GP Ansor tersebut, lanjut pengurus PBNU sejak jaman Gus Dur ini, fokus perhatian organisasi ini harus difokuskan pada tiga hal, yakni kaderisasi, ideologisasi, dan aksi nyata. Persoalannya, selama ini amat jarang aktivis Ansor mampu berelaborasi secara cerdas dan menerjemahkan tujuan organisasi tersebut dalam bentuk berbagai kegiatan kreatif dan inovatif baik di lingkungan internal maupun eksternal organisasi. "Inilah tantangan real paska kongres Ansor kemarin, jika Ansor ingin menunjukan perannya di tengah kehidupan bangsa secara menyeluruh," imbuhnya mengakhiri pembicaraan. (cih)
Terpopuler
1
Isi Akhir dan Awal Tahun Baru Hijriah dengan Baca Doa Ini
2
Istikmal, LF PBNU Umumkan Tahun Baru 1447 Hijriah Jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025
3
3 Jenis Puasa Sunnah di Bulan Muharram
4
Data Awal Muharram 1447 H, Hilal Masih di Bawah Ufuk
5
Niat Puasa Muharram Lengkap dengan Terjemahnya
6
Trump Meradang Usai Israel-Iran Tak Gubris Seruan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua