Warta

Ribuan Warga Nahdliyin Istighotsah di Taman Bungkul

Sen, 21 Maret 2011 | 02:20 WIB

Surabaya, NU Online
Ribuan warga Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyin Kota Surabaya, Ahad (20/3) menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Taman Bungkul. Selain dihadiri puluhan ulama Surabaya, acara yang digelar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya ini juga dihadiri Rais Am Idaroh Aliyah organisasi tarekat NU atau Jam'iyah Tariqah Mu'tabarah an-Nahdliyah, Habib Luthfi bin Yahya.

Sontak kehadiran ulama besar asal Pekalongan ini membuat kompleks Taman Bungkul dipadati sekitar 4 ribu warga nahdliyin. "Awalnya panitia penyelenggara hanya mengundang 1.000 Muslimat NU dan 1.000 warga NU lainnya. Tapi yang datang lebih dari itu. Sekitar 4 ribu warga nahdliyin yang datang," kata Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Surabaya, Syaiful Chalim disela-sela acara, kemarin.<>

Gus Siful -sapaan akrab Syaiful Chalim- mengatakan, istighotsah yang digelar di Taman Bungkul ini tidak ada kaitannya dengan surat rekomendasi ulama se Surabaya yang telah diakomodir oleh PCNU kepada Walikota dan DPRD Surabaya. Yakni, menghendaki agar Taman Bungkul segera direvitalisasi menjadi Taman Religi, karena area tersebut terdapat makam Syaikh Mahmudi atau Sunan Bungkul.

Ia menegaskan, istighotsah tersebut sudah direncanakan PCNU sebelum pertemuan para ulama membahas persoalan kawasan Taman Bungkul yang kerap digunakan sebagai tempat tindak asusila. "Izin kegiatan istighotsah di Taman Bungkul ini ke pemkot sudah lama," ungkapnya.

Meski demikian, Gus Siful tetap berharap agar walikota Tri Rismaharini maupun DPRD Surabaya menyetujui surat rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh PCNU Surabaya pekan lalu. Menurutnya, revitalisasi ini harus dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Sunan Bungkul yang memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di Tanah Jawa. "Kami sudah rapat dengan DPRD. Selanjutnya untuk pematangannya akan dilakukan pembahasan dengan walikota," tuturnya.

Rais Syuriyah PCNU Surabaya, KH Achmad Dzulhilmi dalam sambutannya kemarin menegaskan, kawasan Taman Bungkul harus bersih dari praktek maksiat atau mesum. "Mesum ditempat umum dilaknat Allah," serunya saat memberikan sambutan.

Sementara itu, Ketua Muslimat NU Surabaya, Ismiyati Ikhwan mengaku, sangat terusik dengan keberadaan kawasan makam Sunan Bungkul yang sering digunakan tempat hura-hura dan perbuatan maksiat. Event yang kerap digelar di Taman Bungkul juga sangat menggagu para peziarah baik dari dalam kota maupun dari luar kota.

"Dulu yang terdengar suara mengaji, sekarang yang terdengar orkesan (panggung musik). Makanya, kita (Muslimat) di sini berdoa agar Taman Bungkul jadi taman religi," cetusnya.

Muslimat sendiri, lanjut Ismiyati, mendukung penuh surat rekomendasi PCNU untuk merevitalisasi Taman Bungkul menjadi taman keluarga kawasan religius. Bahkan, Ia berharap, agar tembok pembatas antara makam dan taman direnovasi sehingga makam bisa terlihat dari luar, dan para pengunjung mengetahui kalau di tempat itu terdapat makam seorang wali yang pernah menyebarkan agama Islam. "Kalau masalah konsepnya kita serahkan kepada ahlinya," tegasnya.

Lebih lanjut, Ismiyati menambahkan, besarnya warga Muslimat yang hadir dalam istighotsah di Taman Bungkul juga sebagai bentuk dukungan usulan revitalisasi. "Mudah-mudahan bu Risma (Walikota Surabaya) bisa memberikan hikmah agar tidak mencong sana mencong sini. Agar generasi kita selamat dari fitnahnya dunia," pungkasnya. (dumas/hdy)