Warta

Relawan Santri Siaga Bencana Dilatih Standar Penanganan Korban

NU Online  ·  Jumat, 27 Februari 2009 | 13:16 WIB

Jakarta, NU Online
Para relawan santri siaga bencana yang dilatih oleh PBNU melalui program Community Based Disaster Risk Management (CBDRM-NU) mendapatkan pelatihan standar penanganan korban bencana alam.

Pelatihan ini diselenggarakan secara bersamaan di tiga lokasi yang meliputi Jakarta Barat dengan ancaman bencana banjir dan kebakaran, Jember dengan ancaman bencana tanah longsor dan gempa dan Magelang dengan ancaman bencana gunung berapi dan gempa. Kegiatan dilaksanakan selama lima hari antara 24-28 Februari.<>

Jamil Wahab, wakil program manager CBDRM NU, saat ditemui NU Online di komplek kantor PCNU Jakarta Barat di komplek rumah susun Flamboyan menjelaskan materi ini sangat penting mengingat masih seringkali terjadi para korban bencana diperlakukan kurang menusiawi akibat kurangnya pemahaman relawan terhadap kebutuhan korban.

Standar minimum yang harus dipenuhi tersebut meliputi kebutuhan primer seperti ketersediaan makanan berikut kebutuhan gizinya, tenda pengungsian, sampai dengan kebutuhan MCK sesuai dengan kebutuhan korban.

“Mereka juga diajari aspek psikososial mengingat para korban biasanya mengalami masalah psikologis setelah beberapa hari di pengungsian. Jadi bukan hanya kebutuhan fisik saja yang difikirkan,” katanya.

Aspek lain yang diajarkan adalah pelatihan perencanaan kontigensi, yaitu merencanakan apa yang harus segera dilakukan ketika sebuah bencana terjadi, mulai membikin skenario kejadian, memprediksi kebutuhan, sistem peringatan diri, manajemen relawan, kerjasama dengan fihak lain dan aspek kebencanaan lainnya.

Tak melulu belajar di ruang kelas, 27 peserta yang mengikuti pelatihan menjalani pelatihan di lapangan dengan komposisi 50 persen. Mereka dilatih oleh lembaga-lembaga yang sudah berpengalaman dalam menangani bencana seperti PMI Satlak, SAR, Pemadan Kebakaran dan Perguruan Tinggi.

“Mereka disiapkan menjadi fasilitator sehingga harus mampu memfasilitasi masyarakat saat terjadi bencana dengan efektif, cepat dan tepat. Ini prinsip penanganan bencana yang harus dipegang,” imbuhnya.

Suminto, salah satu peserta asal Kedoya Jakarta Barat yang ditemui NU Online menuturkan sangat gembira dengan adanya pelatihan ini. Ia merasa senang dengan diskusi di ruangan sehingga tahu yang benar dan yang salah serta praktek langsung di lapangan

“Pengetahuan dan skillnya memang sangat bermanfaat dalam situasi bencana. Semua materi penting karena saling terkait. Alhamdulillah saya bisa terlibat dalam kegiatan ini,” katanya.

Sebelumnya, ia sudah aktif membantu masyarakat jika ada banjir di lingkungannya, bergabung dengan para relawan di kelurahan sebagai koordinator lapangan. Tetapi selama ini, belum pernah ada pelatihan kebencanaan yang diikutinya  Jika nantinya ada bencana lain yang datang, ia mengaku lebih siap membantu masyarakat. (mkf)