Warta

Reformasi UMNO di Tangan Najib Razak

NU Online  ·  Kamis, 26 Maret 2009 | 02:50 WIB

Kuala Lumpur, NU Online
Angin reformasi sedang bertiup di tubuh partai berkuasa di Malaysia. Para petinggi UMNO (United Malays National Organization) menyerukan kepada calon pemimpin barunya, Najib Razak, agar berani melakukan perubahan untuk memerangi korupsi dan politik patron supaya bisa merebut kembali simpati masyarakat dalam pemilu berikutnya.

Najib Razak, rupanya, juga menyadari kelemahan UMNO. Dalam pertemuan tahunan UMNO Selasa (24/3), Najib menawarkan konsep perubahan. Dia menyebut bahwa partainya tak lagi dekat dengan rakyat. Najib juga meminta kadernya untuk belajar dari anjloknya perolehan suara partai pada pemilu lalu. Konsep tersebut diapresiasi media lokal.<>

Kandidat Perdana Menteri ini mengatakan, partai harus pandai membaca pesan yang diberikan rakyat. ''Jika tidak, kemarahan rakyat akan menjadi kebencian dan akhirnya (rakyat) akan meninggalkan kita,'' kata Najib.

Mayoritas pemilih UMNO itu marah karena menganggap para pimpinannya korup, haus kekuasaan, dan inefisiensi anggaran. Partai yang dalam bahasa Melayu bernama Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu itu juga dianggap mengintervensi pengadilan, polisi, dan birokrasi.

Kehadiran Najib sebagai kandidat pemimpin UMNO direspons positif. ''Sangat penting anggota bersatu mendukung Najib sebagai presiden baru UMNO,'' ujar Ketua Sayap Perempuan UMNO Rafidah Aziz, seperti dilansir Associated Press kemarin.

Minoritas Tionghoa dan keturunan India juga berharap banyak terhadap politisi yang pernah tersandung kasus pembunuhan model Mongolia Altantuya itu. "Najib memberikan harapan baru dan political will untuk membawa UMNO ke alam perubahan yang lebih baik,'' ujar Menteri Pendidikan Hishammuddin Hussein, yang juga akan melepas jabatan sebagai ketua sayap pemuda Partai UMNO. Dia menyebut, pimpinan UMNO sering melakukan tindakan yang justru memicu perpecahan antaragama dan etnis di Malaysia.

UMNO sebagai partai terbesar dalam koalisi Barisan Nasional (BN) terus menempatkan kadernya dalam kekuasaan sejak kemerdekaan Malaysia 1957. Namun, popularitasnya menurun pada Pemilu Maret 2008. Saat itu, BN gagal mendapatkan mayoritas dua pertiga kursi di parlemen untuk kali pertama sejak 40 tahun terakhir. BN juga kehilangan pengaruhnya di lima dari 13 negara bagian, yang direbut oleh oposisi.(JP)