Warta

Rayakan Ultah ke-69, Gus Dur Sudah Tak Ingin Berkonflik

NU Online  ·  Selasa, 4 Agustus 2009 | 23:47 WIB

Jakarta, NU Online
Memasuki usia yang semakin sepuh, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sudah tidak mau lagi berurusan dengan konflik. Konflik adalah persoalan kecil dan sangat teknis.

Hal tersebut disampaikan KH Muhammad Musthofa di hari ulang tahun (ultah) Gus Dur ke-69, Selasa (4/8) kemarin. Ia adalah pengasuh Pondok Pesantren Ciganjur yang selama ini setia menemani dan merawat Gus Dur di Ciganjur. Menurutnya, bahkan Gus Dur sudah bersedia menemui Saifullah Yusuf dan Muhaimin Iskandar, dua keponakanya yang sempat mbalelo.<>

“Gus Dur sudah mau ditemui Mas Saiful (Saifullah Yusuf), dan kemarin (Senin) Gus Dur juga mau ditemui Cak Imin (Muhaimin Iskandar)," kata Musthofa.

Soal kedekatan kembali Gus Dur dengan Muhaimin, Menurut Musthofa, bahkan Gus Dur sudah bersedia dirangkul muhaimin ke mobil pribadinya. ”Kemarin (Senin) Gus Dur mengatakan ke Cak Imin, ’Min aku angkaten neng mobil’ (Min angat saya ke mobil),” kata Musthofa menirukan Gus Dur.

"Gus Dur sudah tidak mau berurusan dengan konflik, karena itu adalah hal yang sangat kecil dan teknis. Gus Dur akan berkonsentrasi pada soal-soal kenegaraan,” tambahnya.

Sementara itu acara peringatan ulang Gus Dur dirayakan di rumahnya Jalan Warung Sila, Ciganjur, Jakarta Selatan, tepat di belakang masjid Al-Munawwarah tempat berlangsungnya ”Deklarasi Ciganjur” dan di samping bangunan asrama Pondok Pesantren Ciganjur.

Syukuran ulang tahun kali ini sangat sederhana dan agak tertutup. ”Karena kondisi kesehatan Gus Dur masih belum stabil, hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan hadir,” kata KH Abdul Wahid Maryanto, orang dekat Gus Dur.

Keluarga Gus Dur mengundang sekitar 100 anak yatim dari Ciganjur dan sekitarnya untuk mengikuti acara tumpengan, pembacaan doa panjang umur, dan tahlilan.

Gus Dur lahir pada 4 Agustus 1940 di Denanyar Denannyar, Jombang, Jawa Timur. Di usianya yang semakin sepuh, Gus Dur ingin tetap mengabdikan dirinya pada negara, sambil menemani beberapa orang santri yang belajar di Pondok Pesantren Ciganjur.

Menurut Abdul Wahid yang juga salah satu dewan pengasuh di Pesantren Ciganjur, kalau sedang sehat dan tidak berada di luar kota atau luar negeri, Gus Dur selalu menemui para santrinya dan mengaji pada setiap hari Sabtu di rumahnya.

Di bulan Ramadhan, Gus Dur bahkan mengaji di masjid Al-Munawwarah selama hampir sebulan penuh bersama para santri dan masyarakat sekitar. ”Bulan Ramadhan ini insyaallah yang dikaji karya Imam Ghazali,” kata Abdul Wahid. (nam)