Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Ramadhan, Imam Masjid Kirgistan yang Ramah

Kam, 4 November 2010 | 13:49 WIB

Madinah, NU Online

Sekilas saat bertemu Ramadhan, kita akan teringat pada bintang kungfu Chow Yun Fat yang tampan. Tapi Ramadhan jauh dari hiruk pikuk dunia film. Dunia Ramadhan justru dunia yang sangat religius. Ia seorang imam masjid.

Ramadhan yang namanya mirip nama warga Indonesia itu sehari-harinya bekerja sebagai seorang imam masjid di Kirgistan, negara bekas pecahan Uni Soviet. "Saya Imam Masjid al-Buchori Kirgistan," kata Ramadhan di sela-sela membeli aneka oleh-oleh haji di sebuah kebun kurma Madinah, Rabu (3/11).

<>

Sejumlah wartawan yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) sempat terpana. Tidak menyangka pria yang tampil sangat santai, ramah, akrab dan bicara ceplas-ceplos itu adalah seorang imam masjid. Beda dengan tokoh agama di Indonesia yang biasanya berusaha menjaga kharismanya saat bertemu orang.

Sejumlah jamaah Kirgistan pun sibuk memilih aneka oleh-oleh seperti kurma, aneka kacang-kacangan, hati unta, aneka tasbih juga aneka batu akik. Seorang pemuda belasan tahun tampak sibuk mendokumentasikan kunjungan jamaah Kirgistan tersebut. Di antara rombongan itu, ada seorang pria dengan jenggot tipis di dagu memberikan senyum kepada para wartawan. Dialah Ramadhan.

Ramadhan bercerita, jamaah Kirgistan tahun ini  berjumlah 4.500 orang, sementara dia menjadi ketua rombongan untuk 60 jamaah. "Negara kami dekat China, dari airport (Kirgistan) ke Jeddah hanya 6 jam," kata pria berusia 36 tahun tersebut.

Untuk berhaji, warga Kirgistan membayar US$ 2.200 dan melakukan ibadah haji selama 24 hari. Sekadar diketahui jamaah Indonesia melakukan ibadah haji selama 40 hari, 8 hari di Madinah, 32 hari di Mekkah. Beda dengan Indonesia, Kirgistan tinggal di Madinah hanya 4 hari.

Bila jamaah Indonesia tinggal 8 hari lebih di Madinah untuk Sholat Arbain, sholat berjamaah di Masjid Nabawi selama 40 waktu berturut-turut, jamaah Kirgistan tidak melakukan arbain. "Kami hanya empat hari di Madinah," kata Ramadhan, yang merupakan salah satu lulusan Universitas al-Azhar Mesir.

Di Madinah, rombongan Ramadhan menginap di hotel yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari Masjid Nabawi (di luar markaziah). Sementara di Mekkah, mereka akan tinggal di pemondokan yang jaraknya sekitar 7 kilometer. "Kami bisa jalan kaki atau naik angkutan untuk ke masjid," jelas Ramadhan.

Ramadhan menyatakan ingin mengunjungi Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar. "Penduduk kami 95 persen muslim," kata Ramadhan bangga. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)