Warta

Ramadhan Adalah Bulan Penuh Berkah

NU Online  ·  Senin, 27 Oktober 2003 | 04:09 WIB

Jakarta, NU Online
Bagi kita umat Islam, kedatangan bulan puasa ini penuh dengan harapan dan semangat ibadah kepada Allah. Rasululah sendiri 2 bulan sebelum Ramadhan sudah berdoa kepada Allah. Doanya adalah Allahumma baariklana fii rajaba wa sya’ban, waballighna fi ramadhan, yang artinya Yaa Allah, berilah kami hidup yang penuh berkah di bulan Rajab dan Sya’ban dan temukan saya dengan bulan Ramadhan. Rasulullah sendiri berdoa seperti itu, apalagi kita ini umat Islam yang biasa.

Pernyataan tersebut diungkapkah oleh Ketua Umum Lembaga Dakwah Nahdalatu Ulama (LDNU) KH Nuril Huda atas makna dan keutamaan yang terjadi dalam bulan Ramadhan.

<>

Anggota DPR dari FKB itu manambahkan bahwa Ramadhan dalam bahasa Arab artinya membakar, yaitu saat-saat pembakaran dosa dengan melakukan ibadah makhdoh, yaitu ibadah secara langsung kepada Allah dan ibadah sosial, seperti menyantuni atau menolong orang. Itu luar biasa hasilnya. Oleh karena itu LDNU berusaha agar makna Ramadhan ini benar-benar terealisir dalam kehidupan sehari-hari.

Berkaitan dengan jumlah sholat taraweh yang berbeda-beda ia menjelaskan “Saya tidak mempermasalahkan taraweh jumlahnya berapa, yang penting adalah mereke menjalankannya. Di Gedung PBNU ini, sudah dua tahun ini dilakukan sholat taraweh berjumlah 20 rakaat ditambah 3 sholat witir. Ini merupakan ciri ahlussunnah wal jamaah.”

Terdapat beberapa ibadah utama yang dapat dilakukan selama bulan Ramadhan, yaitu sholat tarawih, shodakoh, dll. “Apalagi setelah 10 hari menjelang lebaran.  Kita menantikan adanya lailatul qodar dimana pada saat itu seluruh keluarga Nabi dibangunkan untuk mencari lailatul qodar karena nilai ibadah pada saat itu sama dengan seribu bulan atau sama dengan 83 tahun dan pada saat itu kita harus berharap-harap cemas dengan datangnya lailatul qodar. Kita tidak tahu kapan datangnya karena ini adalah rahasia Allah, setiap tahun datangnya tidak selalu sama,” ungkapnya.

Berkaitan dengan fenomena saling maaf-maafan diantara sesama muslim, KH Nuril Huda menjelaskan bahwa sebaiknya permintaan maaf dimulai dari Ramadhan, dan kalau di akhirnya dilakukan maaf-maafan lagi itu tidak masalah. “Kalau dosa kepada Allah, itu lebih mudah, tidak bersangkutan dengan orang lain, sedangkan untuk dosa kepada manusia kita harus meminta maaf secara langsung karena Allah tidak akan memaafkan kepada kita sebelum yang bersangkutan memberi maaf kepada kita. Maka dari itu kita haru mengingat-ingat, kita banyak dosa kepada siapa yaa. Akhir bulan Ramadahan sebenarnya merupakan masa akhirnya.” Tambahnya.

Berkaitan dengan pentingnya hubungan ibadah puasa dan hubungan kemanusiaan, terdapat hadist dimana diceritakan bahwa datang malaikat jibril, berkata kepada Rasulullah, maukah engkau berkata amiin, saya akan berdoa. Pertama, Ya Allah jangan engkau beri pahala sempurna, orang yang beribadah dan berpuasa yang tidak berbakti kepada orang tuanya, amiin, jawab Rasulullah. Kedua, Ya Allah jangan kau beri pahala sempurna orang yang beribadah dan berpuasa yang tidak rukun dengan saudara-saudaranya, Amiin, kata nabi. Ketiga, Ya Allah jangan engkau beri pahala sempurna orang yang beribadah dan berpuasa yang tidak rukun dengan tetangga-tetangganya, Amiin, jawab Rasulullah. Yang dalam hal ini menjelaskan tentang pentingnya hubungan sosial dalam masyarakat.

Sebagai organisasi dakwah dalam lingkup NU, kegiatan LDNU selama Ramadhan, selain melakukan kegiatan tarawih bersama di Gedung PBNU juga diadakan kegiatan peningkatan SDM, terutama muballigh-muballigh muda. “Kami akan melakukan tujuh hari pelatihan. Namanya Pembibitan Kader Muda NU dalam rangka memberikan pemahaman tentang faham ahlussunnah wal jamaah karena sekarang ini hampir tidak bisa dibedakan antara ahlusunnah dengan lainnya karena terkena akibat globalisasi sehingga makna ahlussunnah hampir tidak ada perbedaannya.” Ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa kita ingin sekali muballigh kita mengerti ahlusunnah dan ini kita yakini kebenarannya tanpa menyalahkan kepada orang lain kalau orang di Jawa Timur Islam yang ramah bukan Islam yang marah. Isi Ramadhan kita dengan meningkatkan SDM kita, dengan meningkatkan intelektualitas dan juga peribadatan kepada Allah. Dua sisi ini yang sangat penting.(mkf)